Skip to main content

Metabolisme Rate

Metabolisme rate adalah kecepatan pembebasan panas selama reaksi kimia. Dengan satuan Kalori yaitu satuan jumlah energi yang dilepaskan bahan makanan untuk proses fungsional tubuh. 1 Kalori adalah panas untuk meningkatkan suhu 1 gram air sebesar 1 0C.
Pengukuran metabolisme rate dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
1.    Kalorimeter langsung
2.    Kalorimeter tidak langsung
3.    Kalorimeter BOM untuk mengukur kalori bahan makanan
Basal metabolisme rate (BMR) adalah kecepatan metabolisme yang diukur dalam keadaan basal. Keadaan basal  dapat diperoleh dengan mengukur kecepatan metabolisme  pada kondisi sebagai berikut :
a.       Suhu ruangan nyaman
b.      Tidak makan 12 jam terakhir
c.       Tidur penuh
d.      Tidak kerja berat
e.       Faktor fisik dan psikis tidak ada
Faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme adalah sebagai berikut :
1.      Kerja akan meningkatkan 2000 % dari normal
2.      Kebutuhan energi untuk aktivitas sehari-hari. Kebutuhan energi untuk  aktivitas vital ± 2000 Kalori
3.      Perbedaan tipe kerja.  Orang naik tangga membutuhkan energi 17 kali dari orang tidur.
4.   Specific dynamic action (SDA) protein. Apabila banyak makan   karbohidrat dan lemak maka kecepatan  metabolismenya meningkat  4 %, sedangkan bila banyak makan  protein maka kecepatan  metabolismenya  naik 30 % selama 3-12 jam.
5.  Usia ® anak kecepatan metabolismenya 2 kali orang dewasa
6.   Hormon Tiroid. Tiroksin meningkatkan kecepatan metabolisme 50-100 % dari normal oleh karena meningkatkan reaksi kimia di seluruh tubuh
7. Rangsangan Simpatis. Meningkatkan epineprin dan nor epineprin sehingga glikogenolisis meningkat. Pada bayi mempunyai lemak coklat yang cukup banyak sehingga  bayi tidak menggigil. Termogenesis tanpa menggigil disebut Nonsevering   thermogenesis.
8.  Hormon Sex Jantan.  Meningkatkan kecepatan  metabolisme  10-15 % dari  normal. Hormon sex betina tidak bermakna meningkatkan kecepatan metabolisme.
9. Hormon Pertumbuhan. Meningkatkan kecepatan  metabolisme   15-20 % dari normal
10. Demam. Meningkatkan 120 % tiap kenaikan suhu tubuh 10 0C
11. Iklim. Iklim tropis kecepatan metabolismenya 10 -20 % lebih rendah dari daerah kutub
12. Tidur. Kecepatan metabolismenya menurun 10 -15 % dari normal ok tonus otot  
     dan aktivitas saraf simpatis menurun
13. Malnutrisi. Menurunkan kecepatan metabolisme 20-30 % dari  normal


Comments

Popular posts from this blog

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Tanaman ini tumbuh menjalar dan bisa memanjang sampai 30- 50 cm. Tanaman ini beradaptasi pada tanah yang basah dan tidak tahan terhadap kekeringan. Batang dan daun yang muda berbulu, berwarna coklat keemasan. Bentuk daun bulat dan berkelompok 3 dalam satu tangkai. Bunganya kecil berwarna ungu. Jenis legum ini kurang disukai oleh ternak karena daun  dan batangnya berbulu. Biasa ditanam dengan biji dengan kebutuhan 6-9 Kg/ha. Dapat ditanam dengan rumput Rhodes dan  Brachiaria .

Zat Pengharum pada Pakan Ayam

Untuk menambah daya rangsang ayam terhadap pakan, bisa juga ditambahkan pengharum yang beraroma khusus, biasanya berasal dari ekstrak tumbuhan. Pengharum ini dapat diperoleh di importir obat ternak atau toko-toko kimia. Bahan yang bisa dibeli di toko kimia seperti pengharum yang beraroma vanila. Penggunaan pengharum dalam pakan tidak mutlak. Tidak semua pakan komersial pabrik menggunakan pengharum. Dengan menggunakan bahan baku berkualitas baik akan dihasilkan pakan dengan aroma yang khas. Proses pencetakan pelet melalui tahapan penguapan (steaming) akan memberikan aroma yang lebih merangsang ayam untuk meningkatkan konsumsi pakan.

Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak (IKT) | Nekropsi

BAB I PENDAHULUAN     Nekropsi merupakan pemeriksaan kondisi jaringan tubuh ternak yang dilakukan dengan cara membedah atau membuka rongga tubuh sehingga fisik organ dalam ternak dapat diamati. Dalam penggunaanya, nekropsi banyak digunakan dalam hal pemeriksaan unggas yang diduga telah terjangkit penyakit. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui penyakit yang diderita oleh unggas sehingga dapat ditentukan penanganan yang tepat untuk menanggulangi penyakit tersebut agar peternakan terhindar dari kerugian finansial yang lebih besar. Maka dari itu nekropsi sangat penting untuk dipelajari, mengingat pentingnya menjaga kesehatan unggas dalam keberlangsungan usaha peternakan.     Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan lebih terlatih dalam melakukan nekropsi pada unggas dan mampu menganalisa penyakit yang diderita oleh unggas. Manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan lebih memahami secara mendalam mengenai karakteristik penampilan luar dan organ dalam unggas yang terkena penya