BAB
I
PENDAHULUAN
Filsafat
berasal dari kata filo dan sofia (bahasa Yunani). Filo artinya cinta atau
menyenangi dan sofia artinya bijaksana. Konon orang yang selalu mendambakan
kebijaksanaan adalah orang-orang yang pandai, orang yang selalu mencari
kebenaran. Dalam mencari kebenaran ini, mereka mendasarkan kepada pemikiran dan
logika dan bahkan berspekulasi.
Hal
ini terjadi pada zaman sebelum ilmu berkembang. Hasil pemikiran mereka ini
kemudian menjadi tantangan bagi para ilmuwan selanjutnya dimana dalam menemukan
kebenaran lebih mementingkan penemuan-penemuan empiris.
Sains
diperoleh melalui metode sains (scientific method) atau biasa
diterjemahkan menjadi metode ilmiah. Metode ini menggabungkan keunggulan
rasionalisme dan empirisisme, kekuatan logika deduksi dan induksi, serta
mencakup teori kebenaran korespondensi, koherensi, dan pragmatik. Karena
penggabungan ini, sains memenuhi sifat rasional sekaligus empiris. Sains juga
bersifat sistematis karena disusun dan diperoleh lewat suatu metode yang jelas.
Bagi kaum positivis, sains juga bersifat objektif, artinya berlaku di semua
tempat dan bagi setiap pengamat.
Secara ringkas, metode ilmiah disusun menurut urutan
sebagai berikut:
• Menemukan dan merumuskan
masalah
• Menyusun kerangka teoritis
• Membuat hipotesis
• Menguji hipotesis dengan
percobaan (observasi, eksperimen, dll).
• Menarik kesimpulan.
Kesimpulan
yang diperoleh itu disebut teori. Untuk benar-benar dianggap sahih dan bisa
bertahan, sebuah teori harus diuji lagi berkali-kali dalam serangkaian
percobaan, baik oleh penemunya maupun oleh ilmuwan lain. Pengujian ini disebut verifikasi (pembuktian
benar). Sebuah teori bisa juga diuji dengan cara sebaliknya, yaitu sebagaimana
diusulkan Karl Popper, falsifikasi (pembuktian salah). Dengan
falsifikasi, jika untuk sebuah teori dilakukan 1000 percobaan, 1 saja dari 1000
percobaan itu menunjukkan adanya kesalahan, maka teori itu tidak perlu
dipertahankan lagi. Contoh, jika dinyatakan kepada kita bahwa semua burung
gagak hitam, dan di suatu tempat kita menemukan satu burung gagak yang tidak
hitam, berarti pernyataan itu salah.
Namun dalam sebuah teori,
sebetulnya yang lebih penting bukanlah ketiadaan salah sama sekali, karena itu
sangat berat bahkan tidak mungkin untuk teori ilmu sosial, namun seberapa besar
kemungkinan teori itu benar (probabilitas). Probabilitas benar 95 persen
dianggap sudah cukup untuk men-sahihkan sebuah teori dan memakainya untuk
memecahkan masalah.
Sedangkan
metode ilmiah adalah prosedur atau cara mengetahui sesuatu dengan
langkah-langkah yang sistematis.
Metode
secara filsafati dalah ontologi, epistemologi dan aksiologi. Nantinya akan kami
jelaskan pada bab pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1
Pengetahuan, Ilmu dan Filsafat
Manusia
sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna dalam memahami alam sekitarnya terjadi
proses yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai hasil tahu manusia), ilmu dan
filsafat. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar
menjawab pertanyaan "what", misalnya apa air, apa manusia, apa alam,
dan sebagainya.
Sedangkan ilmu
(science) bukan sekedar menjawab "what" melainkan akan menjawab
pertanyaan "why" dan "how", misalnya mengapa air mendidih
bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernapas, dan
sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Tetapi
ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi.
Apabila
pengetahuan itu mempunyai sasaran tertentu, mempunyai metode atau pendekatan
untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat disusun
secara sistematis dan diakui secara universal maka terbentuklah disiplin ilmu.
Dengan perkataan lain,
pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Mempunyai objek kajian
b. Mempunyai metode pendekatan
c. Bersifat universal (mendapat
pengakuan secara umum)
Sedangkan
filsafat adalah suatu ilmu yang kajiannya tidak hanya terbatas pada fakta-fakta
saja melainkan sampai jauh diluar fakta sampai batas kemampuan logika manusia.
Ilmu mengkaji kebenaran dengan bukti logika atau jalan pikiran manusia. Dengan
perkataan lain, batas kajian ilmu adalah fakta sedangkan batas kajian filsafat
adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu menjawab pertanyaan "why"
dan "how" sedangkan filsafat menjawab pertanyaan "why, why, dan
why" dan seterusnya sampai jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh
pikiran atau budi manusia.
Dalam
perkembangan filsafat menjadi ilmu terdapat taraf peralihan. Dalam taraf
peralihan ini maka bidang pengkajian filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi
menyeluruh melainkan sektoral. Disini orang tidak lagi mempermasalahkan moral
secara keseluruhan melainkan mengaitkannya dengan kegiatan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi.
Namun
demikian dengan taraf ini secara konseptual ilmu masih mendasarkan diri pada
norma-norma filsafat. Misalnya ekonomi masih merupakan penerapan etika (appliet
ethics) dalam kegiatan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode yang dipakai
adalah normatif dan deduktif (berpikir dari hal-hal yang umum kepada yang
bersifat khusus) berdasarkan asas-asas moral yang filsafat. Pada tahap
selanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan
bertumpu sepenuhnya pada hakekat alam sebagaimana adanya. Pada tahap peralihan,
ilmu masih mendasari diri pada norma yang seharusnya sedangkan dalam tahap
terakhir ilmu didasarkan atas penemuan-penemuan. Sehingga dalam menyusun
teori-teori ilmu pengetahuan tentang alam dan isinya ini maka manusia tidak
lagi mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif melainkan
kombinasi antara deduktif dan induktif (berpikir dari hal-hal yang bersifat
khusus kepada hal-hal yang bersifat umum) dengan jembatan yang berupa pengujian
hipotesis.
Selanjutnya
proses ini dikenal sebagai metoda deducto hipotetico-verivikatif dan metode ini
dipakai sebagai dasar pengembangan metode ilmiah yang lebih dikenal dengan
metode penelitian. Selanjutnya melalui atau menggunakan metode ilmiah ini akan
menghasilkan ilmu.
August Comte
(1798-1857) membagi 3 tingkat perkembangan ilmu pengetahuan tersebut diatas
kedalam tahap religius, metafisik, dan positif. Hal ini dimaksudkan dalam tahap
pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga
ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (deducto).
Dalam tahap
kedua, orang mulai berspekulasi, berasumsi, atau membuat hipotesis-hipotesis
tentang metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi objek penelaahaan yang
terbatas dari dogma religi dan mengembangkan sistem pengetahuan berdasarkan postulat
metafisika tersebut (hipotetico).
Sedangkan
tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah dimana asas-asas yang dipergunakan
diuji secara positif dalam proses verivikasi yang objektif (verivikatif).
1.2 Landasan ilmu
Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah
sebagai berikut :
a.
Landasan
ontologis adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu
harus mempunyai objek penelaahan yang jelas. Karena diversivikasi ilmu terjadi
atas dasar spesifikasi objek telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai
landasan ontologi yang berbeda.
b.
Landasan
epistemologi adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga
diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum, metode ilmiah pada dasarnya untuk
semua disiplin ilmu yaitu berupa proses kegiatan induksi-deduksi-verivikasi
seperti telah diuraikan diatas.
c.
Landasan
aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan
ilmu terhadap pengembangan ilmu itu serta membagi peningkatan kualitas hidup
manusia.
1.3 Cara memperoleh pengetahuan.
·
Rasio
merupakan paham rasionalisme
Metode yang digunakan
adalah metode deduktif yang merupakan premis dari Idea. Idea adalah bukan
ciptaan manusia tetapi sudah ada jauh sebelum manusia berusaha memikirkannya.
Melalui idea (penalaran nasional) mampu memahami gejala alam. Rasio bersifat
apriori dan pra pengalaman.
·
Pengalaman
Merupakan paham empirisme
yang diperoleh melalui pengalaman kongkrit dan dapat dinyatakan lewat tangkapan
panca indra manusia. Pengalaman juga bisa diartikan sebagai suatu kejadian /
gejala alamiah akan selalu mengikuti pola tertentu/ teratur.
Masalah yang muncul
disebut kumpulan fakta-fakta.
1.4 Sumber-sumber pengetahuan
·
Indera
Indera
digunakan untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan di sekitar kita.
Indera ada bermacam-macam; yang paling pokok ada lima (panca indera), yakni
indera penglihatan (mata) yang memungkinkan kita mengetahui warna, bentuk, dan
ukuran suatu benda; indera pendengaran (telinga) yang membuat kita membedakan
macam-macam suara; indera penciuman (hidung) untuk membedakan bermacam
bau-bauan; indera perasa (lidah) yang membuat kita bisa membedakan makanan enak
dan tidak enak; dan indera peraba (kulit) yang memungkinkan kita mengetahui
suhu lingkungan dan kontur suatu benda.
Pengetahuan lewat indera disebut juga pengalaman, sifatnya
empiris dan terukur. Kecenderungan yang berlebih kepada alat indera sebagai
sumber pengetahuan yang utama, atau bahkan satu-satunya sumber pengetahuan,
menghasilkan aliran yang disebut empirisisme. dengan
pelopornya. Mengenai kesahihan pengetahuan jenis ini, seorang empirisis sejati
akan mengatakan indera adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat
dipercaya, dan pengetahuan inderawi adalah satu-satunya pengetahuan yang benar.
Tetapi
mengandalkan pengetahuan semata-mata kepada indera jelas tidak mencukupi. Dalam
banyak kasus, penangkapan indera seringkali tidak sesuai dengan yang
sebenarnya. Misalnya pensil yang dimasukkan ke dalam air terlihat bengkok,
padahal sebelumnya lurus. Benda yang jauh terlihat lebih kecil, padahal ukuran
sebenarnya lebih besar. Bunyi yang terlalu lemah atau terlalu keras tidak bisa
kita dengar. Belum lagi kalau alat indera kita bermasalah, sedang sakit atau
sudah rusak, maka kian sulitlah kita mengandalkan indera untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar.
·
Akal
Akal
atau rasio merupakan fungsi dari organ yang secara fisik bertempat di dalam
kepala, yakni otak. Akal mampu menambal kekurangan yang ada pada indera. Akallah
yang bisa memastikan bahwa pensil dalam air itu tetap lurus, dan bentuk bulan
tetap bulat walaupun tampaknya sabit. Keunggulan akal yang paling utama adalah
kemampuannya menangkap esensi atau hakikat dari sesuatu, tanpa terikat pada
fakta-fakta khusus. Akal bisa mengetahui hakekat umum dari kucing, tanpa harus
mengaitkannya dengan kucing tertentu yang ada di rumah tetangganya, kucing
hitam, kucing garong, atau kucing-kucingan.
Akal
mengetahui sesuatu tidak secara langsung, melainkan lewat kategori-kategori
atau ide yang inheren dalam akal dan diyakini bersifat bawaan. Ketika kita
memikirkan sesuatu, penangkapan akal atas sesuatu itu selalu sudah dibingkai
oleh kategori. Kategori-kategori itu antara lain substansi, kuantitas,
kualitas, relasi, waktu, tempat, dan keadaan.
Pengetahuan
yang diperoleh dengan akal bersifat rasional, logis, atau masuk akal.
Pengutamaan akal di atas sumber-sumber pengetahuan lainnya, atau keyakinan
bahwa akal adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar, disebut aliran
rasionalisme, dengan pelopornya Rene Descartes (1596-1650) dari Prancis.
Seorang rasionalis umumnya mencela pengetahuan yang diperoleh lewat indera
sebagai semu, palsu, dan menipu.
·
Hati atau Intuisi
Organ
fisik yang berkaitan dengan fungsi hati atau intuisi tidak diketahui dengan
pasti; ada yang menyebut jantung, ada juga yang menyebut otak bagian kanan.
Pada praktiknya, intuisi muncul berupa pengetahuan yang tiba-tiba saja hadir
dalam kesadaran, tanpa melalui proses penalaran yang jelas, non-analitis, dan
tidak selalu logis. Intuisi bisa muncul kapan saja tanpa kita rencanakan, baik
saat santai maupun tegang, ketika diam maupun bergerak. Kadang ia datang saat
kita tengah jalan-jalan di trotoar, saat kita sedang mandi, bangun tidur, saat
main catur, atau saat kita menikmati pemandangan alam.
Intuisi
disebut juga ilham atau inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi hadir begitu
saja secara tiba-tiba, namun tampaknya ia tidak jatuh ke sembarang orang,
melainkan hanya kepada orang yang sebelumnya sudah berpikir keras mengenai
suatu masalah. Ketika seseorang sudah memaksimalkan daya pikirnya dan mengalami
kemacetan, lalu ia mengistirahatkan pikirannya dengan tidur atau bersantai,
pada saat itulah intuisi berkemungkinan muncul. Oleh karena itu intuisi sering
disebut supra-rasional atau suatu kemampuan yang berada di atas rasio, dan
hanya berfungsi jika rasio sudah digunakan secara maksimal namun menemui jalan
buntu.
Hati bekerja pada wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh
akal, yakni pengalaman emosional dan spiritual. Kelemahan akal ialah terpagari
oleh kategori-kategori sehingga hal ini, menurut Immanuel Kant (1724-1804),
membuat akal tidak pernah bisa sampai pada pengetahuan langsung tentang sesuatu
sebagaimana adanya (das ding an sich) atau noumena. Akal hanya
bisa menangkap yang tampak dari benda itu (fenoumena), sementara
hati bisa mengalami sesuatu secara langsung tanpa terhalang oleh apapun, tanpa
ada jarak antara subjek dan objek.
Kecenderungan akal untuk selalu melakukan generalisasi
(meng-umumkan) dan spatialisasi (meruang-ruangkan)
membuatnya tidak akan mengerti keunikan-keunikan dari kejadian sehari-hari.
Hati dapat memahami pengalaman-pengalaman khusus, misalnya pengalaman
eksistensial, yakni pengalaman riil manusia seperti yang dirasakan langsung,
bukan lewat konsepsi akal. Akal tidak bisa mengetahui rasa cinta, hatilah yang
merasakannya. Bagi akal, satu jam di rutan salemba dan satu jam di pantai
carita adalah sama, tapi bagi orang yang mengalaminya bisa sangat berbeda. Hati
juga bisa merasakan pengalaman religius, berhubungan dengan Tuhan atau
makhluk-makhluk gaib lainnya, dan juga pengalaman menyatu dengan alam.
Selain
itu, ada sumber pengetahuan lain yang disebut wahyu. Wahyu adalah pemberitahuan
langsung dari Tuhan kepada manusia dan mewujudkan dirinya dalam kitab suci
agama. Namun sebagian pemikir Muslim ada yang menyamakan wahyu dengan intuisi,
dalam pengertian wahyu sebagai jenis intuisi pada tingkat yang paling tinggi,
dan hanya nabi yang bisa memerolehnya.
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar,semoga bermanfaat