2.1.1. Hijauan
kering dan jerami
Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari
hijauan yang sengaja dikeringkan (hay)
ataupun jerami kering (AAK, 1983). Hijauan kering berasal dari hijauan segar
yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan lama disimpan lebih lama.
Termasuk hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang, jerami jagung, dan
sebagainya yang biasa digunakan pada musim kemarau (Djarijah, 1996). Kelas
hijauan kering dan jerami mengikutsertakan semua hijauan dan jerami yang
dipotong dan dirawat, dan produk lain dengan lebih dari 10% serat kasar dan
mengandung lebih dari 35% dinding sel. Pada umumnya jerami (misalnya jerami
padi, jerami jagung) sangat rendah dalam kualitasnya sebagai sumber zat makanan
terutama sangat rendah dalam kadar protein, energi, karoten, dan fosfor
(Parakkasi, 1986).
2.1.2. Hijauan
Segar
Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari
hijauan yang diberikan dalam bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar,
leguminosa segar dan silage (AAK, 1983). Yang termasuk kelas ini adalah semua
tanaman yang diberikan secara segar sebagai hijauan atau hijauan segar (Tilman et
al., 1982). Kadar air berkisar antara
70-80% dan sisanya adalah bahan kering dan sangat baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan ternak. Daun nangka termasuk hijauan segar dan baik untuk pakan
ternak karena banyak kandungan zat yang bermanfaat bagi ternak. Daun gamal
dapat digunakan sebagai pakan ternak, tanaman peneduh dan pembasmi alang-alang.
2.1.3. Silase
Silase merupakan hijauan segar yang disimpan dalam silo
dengan tujuan diberikan kepada ternak pada waktu sulit untuk mendapatkan atau
pada musim pacelik. Yang termasuk dalam kelas ini adalah semua
makanan yang dipotong-potong atau dicacah-cacah dan difermentasikan (Tilman et
al., 1982). Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Contoh silase yang telah memasyarakat anatara lain
silase jagung, silase rumput, silase jerami padi (Drarijah,
1996). Kelas ini menyebutkan hijauan dan disebut
dengan silase jagung (jagung, alfafa, rumput dan sebagainya). Silase memiliki
bentuk kasar, warna hijau dan agak asam karena proses fermentatif. Silase
hijauan pakan merupakan bahan pakan yang berasal dari hijauan yang telah
mengalami fermentasi didalam silo anaerob,
dan mengandung bahan kering 30-35%.
2.1.4. Sumber
energi

2.1.5. Sumber
protein

2.1.6. Sumber
mineral

2.1.7. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik, biasanya tidak disintesis
oleh jaringan tubuh tetapi diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Vitamin ini
digunakan sebagai koenzim dan regulator metabolisme. Vitamin A, D, E, K adalah
vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin A terdapat dalam bahan makanan nabati
secara aktif akan tetapui bentuk provitamin (karoten). Vitamin E diperlukan
untuk menjaga penyimpanan karkas dalam tubuh (Parakkasi, 1990). Vitamin C tidak
dapat disentisis oleh tubuh jadi sangat diperlukan dalam ransum. Vitachik
merupakan preparat sintesis yang mengandung vitamin C yang berbentuk serbuk
atau tepung dan berwarna kuning keorangean dan diperlukan oleh ternak khususnya
unggas. Vitachik memilki bau yang khas obat karena berasal dari bahan-bahan
kimia sehingga memiliki rasa pahit bila dimakan. Meskipun pahit, tetapi
vitachik dibutuhkan oleh ternak untuk pertumbuhan dan perkembangan ternak dan
diberikan sesuai dosis (Drarijah, 1996).
2.1.8. Bahan Aditif
Additive adalah suatu bahan atau kombinasi bahan yang ditambahkan, biasanya dalam kuantitas yang kecil, kedalam campuran makanan dasar atau bagian dari padanya, untuk memenuhi kebutuhan khusus, contohnya additive bahan konsentrat, additive bahan suplemen, additive bahan premix, additive bahan makanan (Hartadi et. al., 1991).
Additive adalah susunan bahan atau kombinasi bahan tertentu yang sengaja ditambahkan ke dalam ransum pakan ternak untuk menaikkan nilai gizi pakan guna memenuhi kebutuhan khusus atau imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Murwani et al., (2002) menyatakan bahwa additive adalah
bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Sedangkan menurut Murtidjo (1993), additive adalah imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Penambahan bahan biasanya hanya dalam jumlah yang sedikit, misalnya additive bahan konsentrat, additive bahan suplemen dan additive bahan premix. Maksud dari penambahan adalah untuk merangsang pertumbuhan atau merangsang produksi. Macam-macam additive antara lain antibiotika, hormon, arsenikal, sulfaktan, dan transquilizer.
Feed additive merupakan bahan makanan pelengkap yang dipakai sebagai sumber penyedia vitamin-vitamin, mineral-mineral dan atau juga antibiotika (Anggorodi, 1985). Fungsi feed additive adalah untuk menambah vitamin-vitamin, mineral dan antibiotika dalam ransum, menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh stress, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging menjadi baik) dan menambah nafsu makan, meningkatkan produksi daging maupun telur.
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar,semoga bermanfaat