A. Manajemen Anak Sapi (Pedet)
Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai usia sapi dara. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
1. Penanganan Pedet pada Saat Lahir
· Bersihkan semua lendir yang ada dimulut dan hidung harus dibersihkan demikian pula yang ada dalam tubuhnya menggunakan handuk yang bersih.
· Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas.
· Potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah infeksi lalu diikat.
· Berikan jerami kering sebagai alas.
· Beri colostrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir.
2. Pemberian Pakan Anak Sapi / Pedet
Pedet yang terdapat di BET semaksimal mungkin mendapatkan asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik saat pedet akan memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima. Sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai. Pedet yang lahir dalam kondisi sehat serta induk sehat di satukan dalam kandang bersama dengan induk dengan diberi sekat agar pergerakan pedet terbatas. Diharapkan pedet mendapat susu secara ad libitum, sehingga nutrisinya terpenuhi.
Selain itu pedet dapat mulai mengenal pakan yang dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi pakan hariannya pedet tersebut setelah lepas sapih. Perlakuan ini haruslah dalam pengawasan yang baik sehingga dapat mengurangi kecelakaan baik pada pedet atau induk.
Bagi pedet yang sakit, pedet dipisah dari induk dan dalam perawatan sampai sembuh sehingga pedet siap kembali di satukan dengan induk atau induk lain yang masih menyusui. Selama pedet dalam perawatan susu diberikan oleh petugas sesuai dengan umur dan berat badan.
a. Proses Pencernaan Pada Sapi Pedet.
Untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun bagaimana langkah-langkah pemberian pakan yang benar.
Sejak lahir anak sapi telah mempunyai 4 bagian perut, yaitu : Rumen (perut handuk), Retikulum (perut jala), Omasum (perut buku) dan Abomasum (perut sejati). Pada awalnya saat sapi itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa. Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah menjadi 80 % saat dewasa. Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi sedikit dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur lembut) dan selanjutnya belajar menkonsumsi rumput. Pada saat kecil, alat pencernaan berfungsi mirip seperti hewan monogastrik.
Pada saat pedet air susu yang diminum akan langsung disalurkan ke abomasum, berkat adanya saluran yang disebut “Oeshopageal groove”. Saluran ini akan menutupi bila pedet meminum air susu, sehingga susu tidak jatuh ke dalam rumen. Bila ada pakan pada baik konsentrat atau rumput, saluran tersebut akan tetap membuka, sehingga pakan padat jatuh ke rumen. Proses membuka dan menutupnya saluran ini mengikuti pergerakan refleks. Semakin besar pedet, maka gerakan reflek ini semakin menghilang. Selama 4 minggu pertama sebenarnya pedet hanya mampu mengkonsumsi pakan dalam bentuk cair.
Zat makanan atau makanan yang dapat dicerna pada saat pedet adalah : protein air susu casein), lemak susu atau lemak hewan lainnya, gula-gula susu (laktosa, glukosa), vitamin dan mineral. Ia mampu memanfaatkan lemak terutama lemak jenuh seperti lemak susu, lemak hewan, namun kurang dapat memanfaatkan lemak tak jenuh misalnya minyak jagung atau kedelai. Sejak umur 2 minggu sapi pedet dapat mencerna pati-patian, setelah itu secra cepat akan diikuti kemampuan untuk mencerna karbohidrat lainnya (namun tetap tergantung pada perkembangan rumen). Vitamin yang dibutuhkan pada saat pedet adalah vitamin A, D dan E. Pada saat lahir vitamin-vitamin tersebut masih sangat sedikit yang terkandung di dalam kolostrum sehingga perlu diinjeksi ketiga vitamin itu pada saat baru lahir.
Dalam kondisi normal, perkembangan lat pencernaan dimulai sejak umur 2 minggu. Populasi mikroba rumennya mulai berkembang setelah pedet mengkonsumsi pakan kering. Semakin besar pedet maka ia akan mencoba mengkonsumsi berbagai jenis pakan dan akan menggertak komponen perutnya berkembang dan mengalami modifikasi fungsi. Anak sapi / pedet dibuat sedikit lapar, agar cepat terangsang belajar makan padatan (calf starter). Pedet yang baru lahir mempunyai sedikit cadangan makanan dalam tubuhnya. Bila pemberian makanan sedikit dibatasi (dikurangi), akan memberikan kesempatan pedet menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi pakan, tanpa terlalu banyak mengalami stress/cekaman.
Tahap mencapai alat pencernaan sapi dewasa umunya pada umur 8 minggu, namu pada umur 8 minggu kapasitas rumen masih kecil, sehingga pedet belum dapat mencerna/memanfaatkan rumput atau makanan kasar lainnya secar maksimal.
Umur mencapai tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tipe pakannya ( yaitu berapa lama dan banyak air susu diberikan, serta kapan mulai diperkenalkan pakan kering). Setelah disapih, pedet akan mampu memanfaatkan protein vegetal dan setelah penyapihan perkembangan alat pencernaan sangat cepat.
b. Jenis-jenis Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet
Jenis bahan pakan untuk anak sapi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu: pakan cair/likuid : kolostrum, air susu normal, milk replacer dan pakan padat/kering :konsentrat pemula (calf starter).
Agar pemberian setiap pakan tepat waktu dan tepat jumlah, maka karakteristik nutrisi setiap pakan untuk pedet perlu diketahui sebelumnya.
· Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang baru melahirkan, berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal.
Komposisi Kolostrum :
Komposisi Kolostrum :
ü Kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya, 100X untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal.
ü Mengandung enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
ü Kolostrum mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare.
ü Mengandung inhibitor trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk protein.
ü Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru lahir dari penyakit infeksi.
ü Kolostrum dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet (karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
Mutu Kolostrum :
Warna dan kekentalannya menunjukan kualitasnya (kental dan lebih kekuning-kuningan akan lebih baik, karena kaya akan imonoglobulin). Kualitas kolostrum akan rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3 – 4 minggu, sapi terus diperah sampai saat melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan puting susu tidak segera dibersihkan saat melahirkan maupun saat akan diperah.
· 2 Milk Replacer atau Pengganti Air Susu (PAS)
Pada fase pemberian susu untuk pedet, air susu sapi asli dapat diganti menggunakan Milk Replacer/PAS. Milk Replacer yang baik kualitasnya dapat memberikan pertambahan bobot badan yang sama dengan kalau diberi air susu sampai umur 4 minggu. Namun kadang-kadang pemberian milk replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa kelamin dan sering mengakibatkan pedet kegemukan. Milk replacer yang baik dibuat dari bahan baku yang berasal dari produk air susu yang baik seperti ; susu skim, whey, lemak susu dan serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat pedet berusia antara 3 – 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia kurang dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu belum bisa mencerna pati-patian dan protein selain casein (protein susu).
Milk replacer yang baik mempunyai standar komposisi sebagi berikut : protein 20%, lemak 12%, serat kurang dari 0.25% dan juga mengandung antibiotik untuk mencegah diare. Selain antibiotik juga dapat memberikan faedah dalam nafsu makan, kehalusan bulu yang halus, pertambhan bobot badan dan efisien penggunaan pakan. Anti biotik yang sering digunakan adalah Klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Frekuensi pemberian sama dengan pemberian air susu harus lebih dari 1X dalam 1 hari dan yang terpenting harus teratur waktu dan jumlahnya.
3. Manajemen Pemeliharaan Pedet Baru Lahir dan Pemberian Kolostrum
Pemeliharaan pedet harus memerlukan perhatian yang khusus, berbeda dengan pemeliharaan sapi ternak dewasa, terutama dalam penanganan mulai kelahiran sampai pemberian pakan dan penanganan penyakit selama masa pertumbuhannya.
a. Manajemen Pemberian Kolostrum 1 – 4 hari Pasca Kelahiran
- Segera bersihkan ambing dan puting induk pasca melahirkan dengan menggunakan air hangat.
- Usahakan pedet dapat segera ( dalam waktu kurang dari 15 – 30 menit ) menyusu pada induknya (induk dan pedet jangan dipisah dulu, agar pedet dapat langsung menyusu pada induknya. Selain itu dengan menyusu, akan merangsang sekresi oksitosin yang menggertak pergerakan uterus, sehingga kotoran yang ada dalam uterus induk setelah melahirkan dapat dibersihkan.
- Bila pedet tidak dapat menyusu pada induknya maka di perah kolostrum dari induk sebanyak 1 liter.
- Berikan segera ke pedet dalam waktu 15 – 30 menit.
- Berikan kembali kolostrum dalam 2X pemberian berikutnya masing-masing 2 liter/pemberian dalam waktu 12 – 24 jam berikutnya sejak lahir.
- Kapasitas normal pedet yang baru lahir adalah 1 liter, dengan demikian kolostrum tidak dapat diberikan secara sekaligus, perlu dilakukan beberapa kali dalam sehari.
- Untuk hari-hari berikutnya, selama 3 hari berikutnya, berikan kolostrum 4 – 6 liter/hari dalam 3 kali pemberian (1.5 – 2 liter /pemberian).
- Kualitas kolostrum menentukan konsumsi antibodi pedet dalam darahnya, bila kurang memadai peluang hidup 30% dan bila baik dapat menjadi 95%.
b. Manajemen Pemberian Susu 4 hari – 12 minggu (penyapihan)
- Pemberian susu pasca kolostrum dapat dimulai sejak pedet berumur 3 – 4 hari.
- Pemberiannya perlu dibatasi berkisar 8 – 10 % bobot badan pedet. Misalnya pedet bobot badannya 50 kg, maka air susu yang diberikan 4 – 5 liter/ekor/hari.
- Pemberian susu diberikan secara bertahap dalam 1 hari 2 – 3 kali pemberian.
- Jumlah air susu yang diberikan akan terus meningkat sampai menginjak usia 2 bulan (8 minggu) disesuaikan bobot badan sapi dan akan terus menurun sampai ke fase penyapihan di usia 3 bulan (12 minggu). (dapat dilihat di tabel pemeliharaan pedet).
- Hindari pemberian susu berlebih dan berganti-ganti waktu secara mendadak. Over feeding akan memperlambat penyapihan dan akan mengurangi konsumsi bahan kering dan akan mengakibatkan diare.
- Jangan memberikan air susu yang mengandung darah dari induk yang terkena infeksi (suhu tubuhnya meningkat).
c. Manajemen Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter)
Pemberian calf starter dapat dimulai sejak pedet 2 – 3 minggu (fase pengenalan). Pemberian calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Tetapi untuk sapi – sapi calon bibit dan donor penyapihan dini kurang diharapkan.
Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1 – 2 bulan. Tolak ukur kualitas calf starter yang baik adalah dapat memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8 minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20%, TDN 75 – 80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked.
d. Manajemen Pemberian Pakan Hijauan
Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara sempurna dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan.
· Perkenalkan pemberian hay/rumput sejak pedet berumur 2 – 3 minggu. Berikan rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.
· Jangan memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
· Konsumsi hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan.
4. Manajemen Kesehatan Pedet
Program kesehatan dalam peternakan sapi perah harus dijalankan secara teratur, terutama pada wilayah yang sering terjadi penyakit menular, sepeti TBC, brucellosis, penyakit mulut dan kuku (PMK), dan radang limpa (anthrax). Pada wilayah yang endemis penyakit-penyakit tersebut, sebaiknya sapi-sapi yang dipelihara divaksinasi secara teratur. Pemeliharaan yang tidak baik dapat menyebabkan kematian anak sapi, terutama yang baru berumur 2-3 minggu.
Pada peternakan yang baik dapat menekan kematian anak sapi sampai serendah-rendahnya 1%, sedangkan peternakan yang tidak baik, angka kematiannya bisa mencapai 20-25%. Beberapa penyakit tidak menyebabkan kematian pada anak sapi. Namun, anak sapi yang lemah dan kurus sangat peka terhadap penyakit dan mudah terserang/tertular penyakit dari sapi lain.
Pada umumnya penyakit-penyakit pada anak sapi disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau karena tata laksana pemberian pakan (manajemen pakan) yang kurang baik. Biasanya penyakit yang sering menyerang anak sapi adalah septikemia akut, salesma dan radang paru-paru.
Beberapa cara penting yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit pada anak sapi adalah sebagai berikut :
a. Memberi pakan yang cukup kepada induk sapi yang bunting agar menghasilkan anak sapi yang sehat.
b. Anak sapi yang baru lahir harus mendapat susu kolostrum yang cukup, aaling sedikit selama 3 hari.
c. Tali pusar anak sapi setelah lahir harus segera diolesi yodium tincture.
d. Anak sapi harus ditempatkan dalam lingkungan kandang yang bersih, kering, dan bebas dari lingkungan yang lembab.
e. Susu yang diberikan harus sesuai dengan jumlah yang diperlukan dan tidak boleh lebih dari 10% bobot badan anak sapi.
f. Suhu susu yang diberikan harus tetap dari hari ke hari, yaitu 38 ºC.
g. Kebersihan ember tempat minum dan pakan sapi harus dijaga.
h. Penambahan antibiotik ke dalam susu anak sapi atau pakan konsentratnya dapat mencegah penyakit.
i. Anak sapi yang sakit harus disingkirkan atau dipisahkan dari anak sapi yang lainnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit.
B. Manajemen Sapi Dara
Mulai umur 3 bulan pedet sudah dapat dikategorikan sebagi sapi perah dara dan sudah dapat dikeluarkan dari kandang untuk melakukan gerakan badan di tempat yang terlindung. Sapi dara yang tidak diberi kesempatan melakukan gerak badan akan mengalami pertumbuhan yang terhambat dan kelemahan pada badan dan bagian kakinya mengingat hewan ini sejak kecil selalu terkurung bahkan terikat di dalam kandang pedet. Setelah berumur 3 bulan sapi dara sebaiknya ditempatkan di dalam kandang kelompok yang berjumlah anrtara 3-4 ekor, dengan jenis kelamin, umur dan berat badan yang seragam (Soetarno, 2003).
Pedet sapi perah umumnya sudah mulai disapih pada umur 3 bulan. Meski adakalanya dijumpai penyapihan yang dilakukan pada umur yang lebih atau kurang dari 3 bulan. Apabila dilakukan penyapihan dini pedet harus dalam kondisi sehat dan sudah mengkonsumsi konsentrat formula pedet (calf starter) sebanyak 0,5 kg/hari atau lebih. Pedet yang sudah mengkonsumsi konsentrat berkualitas tinggi dan disapih secara dini, akan mengalami masa transisi menjadi hewan ruminansia sejati yang lebih cepat. Pedet betina sapi perah setelah disapih sampai dengan bunting dan melahirkan anak pertama disebut sebagai sapi perah dara (heifers) (Sotarno, 2003).
Pedet sapi perah umumnya sudah mulai disapih pada umur 3 bulan. Meski adakalanya dijumpai penyapihan yang dilakukan pada umur yang lebih atau kurang dari 3 bulan. Apabila dilakukan penyapihan dini pedet harus dalam kondisi sehat dan sudah mengkonsumsi konsentrat formula pedet (calf starter) sebanyak 0,5 kg/hari atau lebih. Pedet yang sudah mengkonsumsi konsentrat berkualitas tinggi dan disapih secara dini, akan mengalami masa transisi menjadi hewan ruminansia sejati yang lebih cepat. Pedet betina sapi perah setelah disapih sampai dengan bunting dan melahirkan anak pertama disebut sebagai sapi perah dara (heifers) (Sotarno, 2003).
Bahan makanan harus menyediakan zat-zat makanan yang dapat digunakan untuk membangun dan menggantikan bagian-bagian tubuh dan menghasilkan produk seperti susu, telur, dan woll (Anggorodi, 1994). Didalam memilih bahan baku pakan untuk menyusun ransum harus diperhatikan faktor-faktor seperti palatabilitas, nilai gizi, mudah diperoleh, tersedia sepanjang waktu, harga murah dan tidak mengandung racun (Chuzaemi dan hartutik, 1988).
Penyediaan bahan baku sangat penting dalam menunjang proses produksi perusahaan. Tanpa adanya persediaan bahan baku yang memadai dapat mengakibatkan proses produksi terganggu. Implikasi dari pengadaan bahan baku ini adalah timbulnya biaya-biaya seperti biaya pemasaran dan biaya penyimpanan bahan baku (Prawirosentono, 2001).
Penyediaan bahan baku sangat penting dalam menunjang proses produksi perusahaan. Tanpa adanya persediaan bahan baku yang memadai dapat mengakibatkan proses produksi terganggu. Implikasi dari pengadaan bahan baku ini adalah timbulnya biaya-biaya seperti biaya pemasaran dan biaya penyimpanan bahan baku (Prawirosentono, 2001).
1. Manajemen Pemeliharaan Sapi Dara
Heifers yang terlalu gemuk menyimpan lemak di ambingnya, dimana nantinya akan menghambat pembentukan sel-sel yang mensekresi susu. Jika heifers terlalu gemuk, mungkin akan terjadi akumulasi lemak pada saluran reproduksi mereka sehingga bisa mengakibatkan berkurangnya fertilitas dan dapat mrnimbulkan distochia. Heifers yang lebih tua dan terlalu gemuk akan lebih mudah mengalami gangguan metabolisme seperti sapi laktasi pada saat calving. Heifers yang terlalu kurus juga akan mengalami penurunan fertilitas serta dikhawatirkan akan menimbukan masalah kesehatan yang lain dibandingkan dengan heifers yang bobot badannya berukuran ideal dan tumbuh secara baik.
a. Tujuan Pembesaran Sapi Perah Dara
Heifers atau sapi perah betina merupakan sapi perah betina yang merupakan calon induk sudah dewasa kelamin (berumur 6-8 bulan) sampai beranak pertama kali. Mengingat tujuan utamanya sebagai calon induk maka perlu sekali diperhatikan kriteria-kriteria sebagai calon induk, antara lain :
· Berasal dari turunan yang mempunyai produksi susu yang tinggi
· Menunjukan pretumbuhan yang baik dan normal
· Bebas dari cacat tubuh dan penyakit
Pembesaran sapi perah dara untuk dijadikan calon induk ditujukan terhadap dua kepentingan, yaitu:
1) Pengganti Induk
Pada suatu usaha sapi perah sangat sering terjadi adanya pengeluaran (culling) sapi perah induk dalam setiap tahunnya yang mencapai prosentase 25%. Oleh karena itu, jumlah sapi dara yang akan dijadikan seagai induk pengganti (replacement stock) seharusnya disesuaikan dengan jumlah induk yang akan di culling dan ditambah dengan jumlah mortalitas yang mungkin terjadi pada sapi dara tersebut.
2) Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha dengan cara menambah populasi induk dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Membesarkan sapi perah dara yang berasal dari turunan sapi perah sendiri (self replacement)
b) Membeli dari luar (new comer replacement)
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sapi Perah Dara (Heifers)
· Bangsa sapi
· Besar waktu lahir, mempunyai daya lebih besar untuk tumbuh pada waktu dewasa
· Pertumbuhan pada periode pedet sampai umur 6 bulan
· Pengaruh pakan
· Pengaruh kebuntingan pada waktu pertumbuhan
c. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga agar ternak nyaman sehingga dapat mencapai produksi yang optimal, yaitu :
Persyaratan secara umum :
· Ada sumber air atau sumur
· Ada gudang makanan atau rumput atau hijauan
· Jauh dari daerah hunian masyarakat
· Terdapat lahan untuk bangunan dengan luas yang memadai dan berventilasi
· Transportasi mudah
· Daerah yang tidak rawan bencana serta iklim yang cocok bagi ternak
· Kandang menghadap ke timur, dimungkinkan adanya intensitas sinar matahari
· Kebersihan kandang terjaga
Persyaratan secara khusus :
· Ukuran kandang yang dibuat untuk sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m, dengan tinggi atas 2-2,5 m dari tanah.
· Ukuran bak pakan : panjang x lebar = bersih 60 x 50 cm
· Ukuran bak minum : panjang x lebar = bersih 40 x 50 cm
· Tinggi bak pakan dan minum bagian dalam 40 cm (tidak melebihi tinggi persendian siku sapi) dan bagian luar 80 cm
· Tinggi penghalang kepala sapi 100 cm dari lantai kandang
· Lantai jangan terlalu licin dan terlalu kasar serta dibuat miring (bedakan 3 cm). Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
· Selokan bagian dalam kandang untuk pembuangan kotoran, air kencing dan air bekas mandi sapi : Lebar (L) x Dalam selokan (D) = 35 x 15 cm
· Selokan bagian luar kandang untuk pembuangan bekas air cucian bak pakan dan minum : L x D = 10 x 15 cm
· Tinggi tiang kandang sekurang-kurangnya 200 cm dari lantai kandang
· Atap kandang dibuat dari genteng serta luas atap 50 cm lebih luas dari bangunan sehingga air hujan tidak masuk.
· Letak kandang diusahakan lebih rendah dari sumber air dan lebih tinggi dari lokasi tanaman rumput. (Hasanudin, 1988). Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.
d. Macam Kandang Sapi Dara
· Kandang tunggal, hanya satu baris
· Kandang ganda, disebut juga tail to tail dan saling berhadapan
e. Bahan Kandang
Kerangka kandang dari bambu, kayu, besi, ataupun beton disesuaikan dengan model dan biaya. Atap yang digunakan bisa dari bahan alang-alang, ijuk, rumbia, genteng, asbes, seng. Jika memilih untuk ukuran rendah lebih baik menggunakan seng dengan tiang yang lebih tinggi.
f. Kontruksi dan Peralatan Kandang
· Tradisional
Bangunan sederhana, atap dari rumbia, genteng dan lantai dari tanah sedangkan peralatanya berupa tempat makan dan minum dari ember plastik. Hijauan disebarkan ke lantai bercampur dengan kotoran atau limbah lain
· Semi-modern
Atap dari genteng dan dinding dari beton atau kayu, sanitasi lebih baik. Sedangkan peralatan berupa tempat makan dan minum yang berasal dari bahan beton terkadang pula menggunakan ember
· Modern
Biasanya digunakan oleh perusahan-perusahan besar, lantai dari beton/batu, sanitasi baik. Peralatan yang digunakan serba canggih dari beton dan besi sementara itu tempat minum serba otomatis
g. Pembibitan dan Pemeliharaan Bakalan/Bibit
Sapi perah yang cocok dipelihara di Indonesia adalah sapi Shorthorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda) dan Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis). Agar dapat memperoleh bibit sapi perah yang baik diperlukan adanya seleksi baik berdasarkan silsilah, bentuk luar atau antomis maupun berdasarkan jumlah produksi. Ciri-ciri sapi perah betina yang baik:
· Kepala panjang , sempit, halus, sedikit kurus dan tidak banyak berotot
· Leher panjang dan lebarnya sedang, besarnya gelambir sedadang dan lipatan-lipatan kulit leher halus
· Pinggang pendek dan lebar
· Gumba, punggung dan pinggang merupakan garis lurus yang panjang
· Kaki kuat, tidak pincang dan jarak antara paha lebar
· Badan berbentuk segitiga, tidak terlalu gemuk dan tulang-tulang agak menonjol (BCS umumnya 2)
· Dada lebar dan tulang -tulang rusuk panjang serta luas
· Ambing besar, luas, memanjang kedepan kearah perut dan melebar sampai diantara paha. Kondisi ambing lunak, elastis dan diantara keempat kuartir terdapat jeda yang cukup lebar. Dan saat sehabis diperah ambing akan terlimpat dan kempis, sedangkam sebelum diperah gembung dan besar.
· Produksi susu tinggi,
· Umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
· Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
· Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
· Tiap tahun beranak.
h. Kesehatan
Gangguan dan penyakit dapat mengenai ternak sehingga untuk membatasi kerugian ekonomi diperlukan control untuk menjaga kesehatan sapi menjadi sangat penting. Manjememen kesehatan yang baik sangat mempengaruhi kesehatan sapi perah. Gangguan kesahatan pada sapi perah terutama berupa gangguan klinis dan reproduksi. Gangguan reproduksi dapat berupa hipofungsi, retensi plasenta,kawin berulang, endometritis dan mastitis baik kilnis dan subklinis. Sedangkan gangguan klinis yang sering terjadi adalah gangguan metabolisme (ketosis, bloot, milk fever dan hipocalcemia), panaritium, enteritis, displasia abomasum dan pneumonia. Adanya gangguan penyakit pada sapi perah yang disertai dengan penurunan produksi dapat menyebabkan sapi dikeluarkan dari kandang atau culling. Culling pada suatu peternakan tidak boleh lebih dari 25, 3%. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk pemeliharaan sapi dengan melihat body condition scoring, nilai BCS yang ideal adalah 3,5 (skala 1-5). Jika BCS lebih dari 4 dapat menyebabkan gangguan setelah melahirkan seperti mastitis, retensi plasenta, distokia, ketosis dan panaritium. Sedangkan kondisi tubuh yang kurus menyebabkan produksi susu menurun dengan kadar lemak yang rendah. Selain itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan didalam kesehatan sapi perah adalah lingkungan yang baik, pemerahan yang rutin dan peralatan pemerahan yang baik.
2. Manajemen Pemberian Pakan Sapi Dara
Pakan sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali per hari pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Untuk sapi dara lepas sapih (umur 3 bulan-6 bulan), pemberian pakan starter (calf starter) mulai digantikan dengan formula pakan konsentrat dengan komposisi pakan protein kasar lebih dari 16 % dan TDN lebih dari 70 %. Adapun pemberian konsentrat ini dilakukan dengan cara bertahap dan di batasi maksimum 2 kg/ekor/hari. Sapi dara berumur 6 bulan keatas sudah mampu mencerna bahan makanan yang serat kasarnya tinggi karena daya cernanya sudah sempurna. Makanan terdiri dari hijauan rumput 20 kg/hari/ekor yang mengandung 12 % atau 13 % protein kasar. Apabila dalam pemeliharaanya berada pada kondisi tropis, makan perlu di tambahkan makanan penguat sebanyak 1-1,5 kg/ekor/hari, dan apabila hijauan jelek makan cukup sekali di beri konsentrat 2-3 kg/ekor/hari.
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
Hal - hal yang perlu diperhatikan apabila ternak dilepas di padang rumput :
a. Apakah sapi tersebut sudah terbiasa makan makanan yang mengandung serat kasar
b. Harus diperhatikan apakah tubuhnya sudah terkenan parasit luar berupa caplak ataupun tidak dan tubuhnya terkena jamur (Ring Worm)
Pelepasan di padang rumput merupakan cara yang baik selain ekonomis juga karena terdiri dari leguminose yang banyak mengandung protein. Pemberian pakan di padang rumput yang baik sering di sebut Pasture Feeding, bila padang rumput yang biasa di sebut field. Dua bulan menjelang melahirkan sapi di beri konsentrat 2,72 4,54 kg/ hari. Elanco Animal Health memperkenalkan / mempublikasikan sebuah booklet BCS For Replacement Heifers yang menunjukkan heifers pada berbagai BCS. Pada umunya heifers akan memiliki BCS yang lebih kecil dibandingkan heifers dengan usia 6 bulan yang memiliki BCS antara 2-3. Biasanya BCS heifers tidak lebih dari 3,5. Disarankan untuk mengatur pola makan heifers agar memiliki BCS 3,5. Heifers dari usia 6 bulan sampai kawin, diharapkan memiliki BCS antara 2,5-3. Setelah itu, pada saat kawin BCS mereka akan naik berangsur-angsur dari 3 menjadi 5.
Pakan yang diberikan kepada sapi dalam keadaan fresh feed, keunggulan dari pemberian pakan secara fresh feed dari keadaan pakan yang segar dan aroma yang harum, dapat meningkatkan palatabilitas makan sapi sehingga kebutuhan untuk mencukupi kebutuhan pokok dan kebutuhan produksi dapat segera tersedia kembali. Pakan diberikan sesuai kebutuhan nutrisi sapi perah dalam keadaan fresh feed bertujuan agar kualitas pakan yang diberikan tetap baik kandungan nutrisinya.
Tujuan pemberian pakan fresh ini yaitu untuk meningkatkan palatabilitas makan sapi, sehingga pada saat sapi selesai diperah dan balik lagi ke kandang, bisa langsung makan dengan kondisi pakan yang diberikan fresh. Hal ini dapat menarik perhatian sapi agar tidak langsung tidur diatas bedding pada saat selesai diperah, dan dapat memberikan kesempatan kepada otot puting (spincter) yang terbuka pada saat diperah sehingga pada saat sapi makan otot tersebut dapat tertutup kembali dengan sempurna, dan dapat mencegah bakteri untuk masuk kedalam ambing yang dapat menyebabkan penyakit mastitis.
3. Pemberian Air Minum
Air merupakan zat yang penting bagi kehidupan, dan diperlukan oleh setiap makluk hidup. Dalam sebuah usaha peternakan, air merupakan unsur yang penting, salah satunya digunakan sebagai air minum untuk ternak. Sapi perah sebaiknya diberikan air minum yang bersih dan segar, dan air minum disediakan ad libitum. Pengisian air dilakukan secara manual oleh petugas kandang. Menurut Wattiaux (2003), pemberian air bersih yang segar harus tersedia secepat mungkin pada saat pakan diberikan, konsumsi dari bahan kering ditingkatkan oleh konsumsi air yang diberikan. Pemberian air minum untuk sapi dewasa disediakan dump tank system di dalam kandang, dilengkapi dengan pelampung sistem yang berfungsi menjaga air dalam dump tank agar selalu dalam keadaan penuh.
4. Sistem Perkawinan Sapi Perah Dara
Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukan sperma ke dalam alat kelamin betina. Perkawinan pertama seekor sapi perah dara tergantung pada 2 faktor utama yaitu umur dan berat badan. Apabila perkawinan sapi perah dara terlalu cepat dengan kondisi tubuh yang terlalu kecil, maka akibat yang terjadi adalah :
a. Kesulitan melahirkan
b. Keadaan tubuhnya yang tetap kecil nantinya setelah menjadi induk sehingga dapat berakibat kemandulan dan rendahnya produksi susu
Sapi perah dara sudah siap dikawinkan setelah mencapai umur 15 - 18 bulan dengan berat rata-rata 300 kg, Hal tersebut disebabkan karena sapi yang bersangkutan telah mendapatkan pakan yang cukup dan mencapai berat badan yang di kehendaki serta agar pada kisaran umur 28-30 bulan dapat beranak. Perkawinan sapi perah dara di Indonesia tidak disarankan menggunakan IB, sebab dapat dikhawatirkan pada waktu pertama kali beranak dan masih dalam fase pertumbuhan tersebut akan mengalami kesulitan sewaktu melahirkan karena besar pedet hasil IB yang dilahirkan. IB baru dianjurkan pada induk-induk sapi PFH yang beranak untuk kedua kalinya sampai seterusnya. Sapi perah dara FH dan Brown Swiss memerlukan berat badan 350 kg - 375 kg untuk perkawinan yang pertama, PFH pada berat 275 kg. Sedangkan Guernsey dan Aryshire pada berat badan 250 - 275 kg dan Jersey pada berat badan lebih kurang 225 kg.
Sistem perkawinan merupakan sebuah gambaran dari beberapa metode perkawinan untuk program pengembakbiakan sapi. Masa berahi seekor sapi cukup singkat, maka perlu pengamatan secara teliti terhadap tanda - tanda berahi seekor ternak agar program perkawinan dapat berjalan sesuai rencana. Sistem perkawinan ternak dapat dilakukan dengan dua cara:
v Perkawinan Alami
Perkawinan alami dilakukan oleh seekor pejantan yang langsung memancarkan sperma kedalam alat reproduksi betina dengan cara kopulasi. Terlebih dahulu pejantan mendeteksi kondisi berahi betina dengan menjilati atau membau di sekitar organ reproduksi betina bagian luar setelah itu pejantan melakukan penetrasi.
v Perkawinan Buatan
Perkawinan buatan sering dikenal dengan Inseminasi Buatan (IB) atau Artificial Insemination (AI) yaitu dengan cara memasukkan sperma kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus (Blakely dan Bade, 1988). Melalui inseminasi buatan (IB), sapi tersebut menunjukkan gejala-gejala berahi dan mencocokkan data yang ada dalam satu siklus. Keuntungan IB, seekor jantan dapat melayani 5000-10.000 ekor sapi betina per tahun dan memperoleh keuntungan lain yaitu keturunan lebih baik dari induknya. Sapi dara dapat di kawinkan bila menunjukan tanda-tanda birahi. Siklus birahi rata-rata pada sapi perah berkisar 21 hari, tetapi ada juga yang bervariasidari 17 - 36 hari.
Perkawinan pertama sapi PFH dara di Indonesia tidak disarankan menggunakan IB, sebab dikuatirkan sapi yang baru pertama kali beranak dan masih dalam fase pertumbuhan tersebut akan mengalami kesulitan sewaktu melahirkan, karena besarnya pedet hasil IB yang dilahirkannya. IB baru dianjurkan pada induk-induk PFH yang beranak untuk kedua kali dan seterusnya.
Perkawinan pertama sapi PFH dara di Indonesia tidak disarankan menggunakan IB, sebab dikuatirkan sapi yang baru pertama kali beranak dan masih dalam fase pertumbuhan tersebut akan mengalami kesulitan sewaktu melahirkan, karena besarnya pedet hasil IB yang dilahirkannya. IB baru dianjurkan pada induk-induk PFH yang beranak untuk kedua kali dan seterusnya.
Tanda-tanda birahi umum pada sapi dara :
a. Menaiki sapi-sapi lain, yang birahi menaiki sapi betina yang tidak birahi
b. Mempunyai rasa lebih dekat dengan yang lain , senantiasa mengikuti sapi lain, menyenderkan kepala di bagian belakang, menciumi dan mienjilati sapi lain
c. Keluar lender bening dari vulva
d. Vulva membengkak, lembab dan permukaan lebih halus sedangkan sapi yang tidak birahi vulva mengkerut
Selain itu perlu diketahui adanya Silent heat. Silent heat dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan pada hewan betina dimana hewan betina tersebut tidak menunjukkan gejala birahi tetapi proses ovulasi tetap terjadi (aktivitas siklus ovarium tetap normal) (Anonim c, 2004). Menurut Kidder et.al kasus silent heat pada sapi yang terjadi pada rentang waktu antara melahirkan sampai 60 hari pasca melahirkan dapat mencapai 44,3% dan antara hari ke-60 sampai 308 hari pasca melahirkan sebesar 11,0 %. Pada hewan betina yang mengalami estrus maka secara umum pada pemeriksaan melalui vagina dengan menggunakan spikulum atau vaginoskop akan terlihat adanya hyperemia pada permukaan mukosa vagina, relaksasi dinding serviks, dan adanya sedikit lendir birahi pada vagina.
C. Manajemen Sapi Laktasi
Periode laktasi yaitu suatu masa dimana sapi berproduksi susu yang berlangsung selama 10 bulan atau 305 hari. Pada permulaan laktasi, bobot badan akan mengalami penurunan, karena sebagian dari zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pembentukan susu diambil dari tubuh sapi. Pada saat itu juga sapi laktasi mengalami kesulitan untuk memenuhi zat-zat makanan yang dibutuhkan sebab nafsu makannya rendah.
Dari sejak melahirkan, produksi susu akan meningkat dengan cepat sampai mencapai puncak produksi pada 35-50 hari setelah melahirkan. Setelah mencapai puncak produksi, produksi susu harian akan mengalami penurunan rata-rata 2,5% perminggu. Lama diperah atau lama laktasi yang paling ideal adalah 305 hari atau sekitar 10 bulan. Sapi perah yang laktasinya lebih singkat atau lebih panjang dari 10 bulan akan berakibat terhadap produksi susu yang menurun pada laktasi yang berikutnya.
Produksi susu sapi perah perlaktasi akan meningkat terus sampai dengan periode laktasi yang ke-4 atau pada umur 6 tahun, apabila sapi perah itu pada umur 2 tahun sudah melahirkan (laktasi pertama) dan setelah itu terjadi penurunan produksi susu. Selama laktasi, kesehatan dan kebersihan sapi perah harus selalu dijaga dengan baik. Pencegahan terhadap berbagai penyakit terutama mastitis harus benar-benar mendapat perhatian khusus.
Laktasi normal sapi yang tiap tahunnya dikawinkan dan mengandung adalah selama sekitar 44 minggu atau 305 hari. Perkawinan yang lebih lambat dalam periode laktasi akan memungkinkan periode laktasi lebih panjang. Selain itu dikatakan bahwa umur sapi adalah suatu faktor yang mempengaruhi produksi air susu. Pada umumnya, produksi pada laktasi pertama adalah terendah dan akan meningkat pada periode-periode laktasi berikutnya. Namun faktor-faktor lain seperti makanan, kesehatan, frekuensi pemerahan, dapat lebih berpengaruh terhadap produksi air susu dibandingkan faktor umur sapi.
Lama laktasi induk sapi perah umumnya bergantung pada keefisienan reproduksi ternak sapi tersebut. Ternak sapi perah yang terlambat menjadi bunting menyebabkan calving interval diperpanjang sehingga lama laktasi menjadi panjang karena induk sapi perah akan terus diperah selama belum terjadi kebuntingan.
Produksi susu induk sapi perah periode laktasi sangatlah bervariasi. Hal ini disebabkan oleh perubahan keadaan lingkungan yang umumnya bersifat temporer seperti perubahan manajemen terutama pakan, iklim dan kesehatan sapi perah. Kondisi iklim di lokasi induk sapi perah dipelihara sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan produksi susu. Suhu lingkungan yang ideal bagi ternak sapi perah adalah 15,5ºC karena pada kondisi suhu tersebut pencapaian produksi susu dapat optimal. Suhu kritis untuk ternak sapi perah Fries Holland adalah 27ºC . Ternak sapi perah Fries Holland yang berasal dari Eropa akan berproduksi optimal apabila kondisi suhu lingkungan berkisar 10º-21ºC, tetapi di Fiji dengan rataan suhu lingkungan 24,4ºC dan tingkat kelembaban relatif yang tinggi ternyata ternak sapi perah mengalami penurunan produksi.
Berat dan kapasitas ambing mencapai puncak pada waktu sapi berumur 6 tahun. Kenaikan kemampuan menampung cairan berbeda pada tiap-tiap laktasi pertama dan kedua.
sapi berumur 5 - 6 tahun (periode laktasi ketiga dan keempat) yang pada umumnya sudah mencapai kedewasaan berproduksi dan mampu memberikan hasil produksi air susu yang tinggi. Dimana pada setiap periode laktasi, produksi air susu yang dihasilkan mencapai hasil produksi susu yang maksimal pada bulan ke 3 setelah melahirkan. produksi susu pada sapi perah terbanyak dihasilkan pada periode laktasi ketiga dan keempat dengan kisaran umur 5 – 6 tahun, dan sesudah itu produksi susunya akan terus menurun dengan semakin tuanya umur sapi.
D. Manajemen Sapi Kering
Sejak awal kebuntingan, induk memerlukan perhatian penuh dari peternak. Keberhasilan pedet yang dilahirkan dan perkembangannya lebih lanjut ditentukan oleh kondisi awal yang baik seperti tubuh yang sehat dan kuat. Perhatian utama untuk induk bunting adalah menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan kuat. Untuk itu induk bunting perlu diberi kesempatan istirahat, sehabis berproduksi diberi makanan yang cukup dan baik, kesehatan dijaga dengan baik, khususnya agar terhindar dari penyakit mastitis.
Menghentikan pemerahan menjelang induk melahirkan kembali disebut masa kering. Masa kering sangat penting bagi setiap induk yang pernah melahirkan atau berproduksi. Untuk mempersiapkan induk yang akan melahirkan kembali dalam kondisi tubuh induk yang kuat, sehat, dan produksi susu lebih tinggi, maka peternak harus memberikan kesempatan kepada induk untuk beristirahat, yakni induk bunting tadi dihentikan pemerahannya. Dengan kondisi tubuh yang baik ini diharapkan agar induk mampu mengasuh anak yang baru dilahirkan dengan baik.
Sapi laktasi yang sedang bunting sekitar 7 bulan, meskipun produksi susunya tinggi sebaiknya dikeringkan. Masa kering sangat penting bagi induk yang pernah melahirkan dan berproduksi. Pengeringan ini penting untuk mengembalikan kondisi ambing dan memberi kesempatan perggantian sel-sel epitelium yang aus selama laktasi yang sedang berjalan serta untuk mencapai kondisi tubuh yang prima keitika kelak melahirkan (Mukhtar,2006). Apabila seekor sapi perah tidak mempunyai periode masa kering diantara periode laktasi, maka prosuksi susu pada periode berikutnya akan berkurang.
Pengeringan adalah menghentikan pemerahan selama ± 8 minggu menjelang sapi melahirkan kembali pada sapai-sapi yang mengalami periode laktasi kedua dan seterusanya. Periode yang kering, maka yang optimal bila masa istirahat dapat diberikan kepada organ yg mengeluarkan susu dan gizi dalam makanan dan pakan ternak dapat digunakan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan bobot dari sapi dan tepat perkembangan janin bukan produksi susu. Ini adalah masa untuk membersihkan penyakit kronis, memungkinkan sapi untuk membangun sebuah cadangan tubuh daging sebelum melahirkan anak sapi dan mencukupi dalam tubuhnya yang habis dari sumber mineral (Anonim, 2009)
Selama masa kering dimaksudkan untuk:
1. Agar tubuh induk dapat membentuk makanan cadangan berupa vitamin-vitamin seperti vitamin A yang dapat dimanfaatkan oleh anak yang baru lahir, lewat kolostrum bersama antibodi yang sangat penting basi kesehatan pedet.
2. Agar tubuh induk dapat mengisi kembali vitamin-vitamin, mineral, dan lain-lain untuk kebutuhan induk sendiri, sehingga kondisinya tetap sehat dan kuat walaupun mengalami masa laktasi yang berat.
3. Agar kondisi tubuh menjadi baik, sehingga akan memberikan jaminan kelangsungan produksi susu tetap baik dan bahkan dapat meningkat.
4. Agar pertumbuhan dan kesehatan anak dalam kandungan tetap terjamin. Sebab janin akan tumbuh baik apabila mendapatkan zat-zat makanan yang cukup dari induk.
Periode yang kering dapat dibagi menjadi tiga bagian :
1. Diluar periode pengeringan (pertama 4 sampai 10 hari)
2. Yang kering atau “jauh” pada masa (waktu 30-40 hari)
3. Transisi atau periode “close-up” (21 hari terakhir sebelum melahirkan anak sapi)
Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Sebelum Melahirkan
Masa kering sapi perah mulai dilaksanakan kira-kira delapan minggu sebelum ternak tersebut melahirkan. Pada kondisi ini ternak perlu mendapatkan perhatian yang ekstra agar ternak tetap sehat sehingga untuk produksi yang akan datang menjadi lebih baik. Tujuan di laksanakannya masa kering pada sapi ternak yang bunting ini adalah untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi istirahat sapi dan mengisi kembali kebutuhan vitamin serta mineral dan menjamin pertumbuhan foetus di dalam kandang. Menurut Siregar dalam Adika Putra (2009), masa kering sapi perah yang terlalu pendek menyebabkan produksi susu turun. Masa kering sapi perah secara normal adalah 80 hari dan pakan terus dijaga mutunya, terutama 2-3 bulan terakhir sebelum masa kering kandang.
Dalam pelaksanaan masa kering sapi perah dilakukan dengan dua sistem, yaitu secara fisiologis dan secara mekanis. Secara fisiologis dilakukan dengan cara memperhatikan kebutuhan konsumsi pakan serta keadaan kandang yang baik untuk sapi masa kering. Sedangkan secara mekanis adalah adanya variasi pemerahan mulai dari pemerahan secara berselang, pemerahan secara tidak lengkap, dan pemerahan secara tiba-tiba.
1. Kebutuhan Konsumsi Pakan Sapi Perah Masa Kering
Pada saat sapi perah dalam kondisi kering, kebutuhan akan konsumsi pakan penting untuk di perhatikan. Hal ini di maksudkan untuk menjaga kesehatan sapi itu sendiri serta untuk menjaga kesehatan kandungan ternak tersebut. Pada kondisi ini komposisi ransum perlu dilakukan perhitungan secara optimal guna untuk meminimalkan problem metabolik pada atau setelah beranak serta untuk meningkatkan produksi susu pada masa laktasi berikutnya.
Secara umum pada konsisi kering ini, ternak diberikan sedikit hijauan dan pengurangan bahkan penghentian pemberian konsentrat pada masa awal kering, sedangkan pada akhir masa kering hijauan diberikan dalam jumlah seperti biasa dan diikuti dengan penambahan konsentrat. Ransum harus diformulasikan untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik: maintenance, pertumbuhan foetus, pertambahan bobot badan. Panda kondisi ini konsumsi BK ransum harian yang diberikan pada ternak tidak boleh melebihi dari 2% berat badan, konsumsi hijauan minimal 1% berat badan. Setengah dari 1% BB (konsentrat) per hari biasanya cukup untuk program pemberian pakan sapi kering. Pada masa kering, sapi perah harus di tekan jangan sampai terlalu gemuk atau BCS nya melebihi standar untuk sapi bunting (2,5 – 3). Hal ini dimaksudkan agar sapi tersebut tidak ada kendala dalam proses kelahiran nantinya. Komposisi hijauan kualitas rendah, seperti grass hay, baik diberikan pada kondisi ini dengan tujuan untuk membatasi konsumsi hijauan. Pada kondisi kering kebutuhan protein yang dikonsumsi sapi perah sebesar 12 % sudah cukup untuk menjaga kesehatan ternak tersebut. Kebutuhan Ca dan P sapi kering harus dipenuhi, tetapi perlu dihindari pemberian yang berlebihan; kadang-kadang ransum yang mengandung lebih dari 0,6% Ca dan 0,4% P meningkatkan kejadian milk fever. Trace mineral, termasuk Se, harus disediakan dalam ransum sapi kering. Juga, jumlah vitamin A, D. dan E yang cukup dalam ransum untuk mengurangi kejadian milk fever, mengurangi retained plasenta, dan meningkatkan daya tahan pedet. Sedikit konsentrat perlu diberikan dalam ransum sapi kering dimulai 2 minggu sebelum beranak, bertujuan:
· Mengubah bakteri rumen dari populasi pencerna hijauan seluruhnya menjadi populasi campuran pencerna hijauan dan konsentrat;
· Meminimalkan stress terhadap perubahan ransum setelah beranak.
2. Kebutuhan Kondisi Kandang Sapi Perah Masa Kering
Keberadaan kandang untuk sapi yang akan beranak atau kandang kering kandang sangat penting. Hal ini disebabkan sapi yang akan beranak memerlukan exercise atau latihan persiapan melahirkan (bisa berupa jalan-jalan di dalam kandang) untuk merangsang kelahiran normal. Di kandang ini, sapi tidak diperah susunya selama sekitar 80 hari . Dengan demikian, pakan yang di makan hanya untuk kebutuhan anak yang berada didalam kandungannya dan kebutuhan hidupnya dalam mempersiapkan kelahiran.
Kandang sapi kering dapat dibuat secara koloni untuk 3 – 4 ekor sapi tanpa disekat satu sama lain. Ukuran ideal kandang sapi kering per ekor adalah 2-2,5 x 7 x 1 m (lebar 2-2,5 m , panjang 7 m dan tinggi 1 m). Ukuran tempat pakan sama dengan ukuran tempat pakan di kandang sapi masa produksi , tempat pakan ini bias ditempatkan di tengah kandang. Untuk sapi bunting masa kering kemiringan kandang tidak boleh melebihi dari 50 hal ini bertujuan agar ternak tersebut tidak tergelincir yang bisa menyebabkan gangguan pada janin yang di kandung.
3. Proses Pengeringan Dengan Cara Pengaturan Pemerahan
Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990) dalam proses pengeringan atau menuju masa kering sapi perah dapat dilakukan dengan cara pengaturan pemerahan, proses pemerahan tersebut dapat di lakukan dengan 3 cara yaitu sebagai berikut :
a) Pemerahan berselang yaitu pengeringan yang menggunakan cara sapi hanya diperah sekali sehari selama beberapa hari. Selanjutnya satu hari diperah dan hari berikutnya tidak diperah. Kemudian induk diperah 3 hari sekali hingga akhirnya tidak diperah sama sekali.
b) Pemerahan tidak lengkap yaitu pemerahan tetap dilakukan setiap hari, tetapi setiap kali pemerahan tidak sekali puting atau keempat puting itu diperah, jadi keempat puting itu diperah secara bergantian. Setiap kali memerah hanya 2 puting saja, dan hari berikutnya bergantian puting lainnya. Hal ini dilakukan beberapa hari hingga akhirnya tidak diperah sama sekali. Cara ini dilakukan pada sapi yang mempunyai kemampuan produksi tinggi
c) Pemerahan yang dihentikan secara mendadak yaitu pengeringan ini dilakukan dengan tiba-tiba. Cara pengeringan semacam ini didahului dengan tidak memberikan makanan penguat 3 hari sebelumnya, dan makanan kasar berupa hijauan pun dikurangi tinggal seperempat bagian saja. Cara ini lebih efektif dan memperkecil gangguan kesehatan pada ambing, bila kombinasikan dengan cara pemerahan berselang.
Didalam persiapan laktasi mendatang, yang penting diperhatikan adalah menjaga makanan tetap baik, terutama 2-3 bulan terakhir sebelum masa kering. Periode kering sangat diperlukan bagi sapi perah yang sedang laktasi agar sapi dapat menyimpan energi yang cukup untuk laktasi berikutnya
· Periode kering yang ideal (6-8) minggu sebelum partus, pengeringan lebih lama akan lebih baik dibandingkan pengeringan yang pendek
· Periode kering lebih dari 60 hari memberikan produksi susu pada masa laktasi berikutnya realatif kecil, tapi untuk laktasi yang sedang berjalan cukup berpengaruh
· Pada saat periode pengeringan perlu diberikan perlakuan steaming-up (2-4) minggu sebelum partus untuk persiapan kelahiran.
Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Setelah Melahirkan
Setelah melahirkan (partus) sapi perah tidak boleh langsung diambil susunya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kecukupan gizi anak sapi yang baru dilahirkan. Karena pada masa sapi setelah melahirkan, susu yang di produksi berupa colostrum yang berguna bagi anak sapi untuk menambah kekebalan tubuh atau sebagai anti bodi pada pedet yang baru lahir. Colostrum di produksi oleh induk sapi sekitar 7 – 10 hari.
Konsumsi pakan yang di butuhkan pada sapi induk setelah melahirkan dengan kebutuhan hijauan dan konsentrat yang seimbang dan diberikan secara id libitum sehingga kebutuhan nutrisi yang di butuhkan oleh ternak tersebut dapat terpenuhi. Kebutuhan air minum pada sapi setelah melahirkan akan meningkat dibanding dengan kondisi biasa. Hal ini di karenakan air membantu mencerna makanan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut untuk memproduksi susu guna untuk mencukupi kebutuhan gizi pada anak yang baru dilahirkannya. Pada sapi setelah melahirkan kebutuhan mineral dan vitamin juga perlu diperhatikan karena ini akan berpengaruh terhadap kualitas susu yang dihasilkan.
E. Manajemen Sapi Jantan
Sapi jantan yang digunakan sebagai pemacek harus memiliki libido dan kualitas semen yang baik serta karakteristik morfologis yng unggul dibanding sapi jantan di lingkungan sekitarnya. Untuk dapat memperoleh bibit perlu dilakukan seleksi atau pemilihan sapi-sapi jantan dengan kriteria sebagai berikut :
Kriteria Umum
1. Kepala panjang, dahi lebar
2. Moncong pendek
3. Badan tinggi
4. Dada dalam
5. Kulit tipis
6. Kaki & kuku kuat
7. Punggung lurus
8. Pinggul tidak terlalu turun
9. Kondisi tubuh tidak terlalu kurus
Kriteria Khusus
1. Sapi jantan berasal dari luar wilayah pelayanan pejantan alami
2. Umur pejantan minimal 2,5 tahun (bergigi seri tetap 1-2 pasang/I1-I3)
3. Memiliki bobot badan awal > 300 kg dan tinggi gumba > 140 cm
4. Ternak sehat dan bebas penyakit reproduksi (Brucellosis, Leptospirosis, Enzootic Bovine Leucosis dan Infectious Bovine Rhinotracheitis)
5. Warna bulu sesuai dengan bangsa sapi (PO/Brahman warna putih, Bali merah
dengan garis hitam dipunggung dan putih di mata kaki dan pantat, Madura
kecoklatan, Simmental merah dengan warna putih di kepala, Limousin warna
merah dan Angus warna hitam)
Ciri-Ciri Sapi Sehat
1. Aktif dan respon terhadap perubahan situasi di sekitarnya.
2. Kondisi tubuhnya seimbang, tidak sempoyongan/pincang, langkah kaki mantap dan teratur, dapat bertumpu dengan empat kaki serta punggung rata.
3. Mata bersinar, sudut mata bersih, tidak kotor dan tidak ada perubahan pada selaput lendir/kornea mata.
4. Kulit/bulu halus mengkilat, tidak kusam dan pertumbuhannya rata.
5. Frekuensi nafas teratur (20-30 kali/menit), halus dan tidak tersengal-sengal.
6. Denyut nadi frekuensinya 50-60 kali/menit, irama teratur dan nada tetap.
7. Hasil pemeriksaan umum yang meliputi : postur tubuh, mata, alat reproduksi dan kualitas serta kuantitas sperma menunjukkan hasil yang baik.
8. Telah dilakukan vaksinasi sesuai rekomendasi dinas peternakan : IBR, PI3, BVD, Leptospirosis, Vibriosis, Clostridium (Blackleg), dan lain-lain.
9. Telah dilakukan pemberian vitamin dan obat cacing serta kontrol terhadap parasit luar.
10. Kontrol terhadap parasit luar
Dalam pemeliharaan sapi pejantan (pemacek) faktor pakan menjadi kunci utama untuk menghasilkan performans yang optimal disamping kebutuhan terhadap kenyamanan lingkungan hidup. Penggunaan pakan (ransum) seimbang akan memberikan pertumbuhan yang baik dan kesehatan ternak terjamin. Dengan demikian, pemberian pakan sesuai kebutuhan ternak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok (maintenance) dan berproduksi (meningkatkan libido).
Formulasi Pakan
Ransum yang baik untuk sapi pejantan agar mencapai performans yang maksimal haruslah terdiri atas sejumlah hijauan dan konsentrat.Hijauan diberikan minimal 10% dari berat badan ternak, sedangkan konsentrat 1-2% dari berat badan ternak. Untuk pejantan pemacek di peternakan rakyat, pemberian konsentrat sebanyak 1% dari berat badan ternak. Sebagai contoh, untuk pejantan yang mempunyai bobot badan 400 kg diberi rumput segar sebanyak 40 kg dan konsentrat sebanyak 4-8 kg.
Hijauan dapat berupa :
· Rumput unggul atau rumput kultur, seperti : rumput gajah, rumput raja, rumput setaria, Brachiaria brizantha, Pannicum maximum, dan lain-lain.
· Rumput lapangan, contohnya : rumput hutan atau rumput alam.
· Leguminosa, antara lain berupa lamtoro, gamal, kaliandra, siratro, dan lain-lain
· Limbah pertanian, antara lain seperti jerami padi, daun jagung, daun ubi kayu, daun ubi jalar, pucuk tebu, dan lain-lain (Siregar, 2002).
Pakan konsentrat (pakan penguat) adalah pakan tambahan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar yang relatif rendah dan mudah dicerna. Konsentrat dapat berupa pakan komersil atau pakan yang disusun dari bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, bulgur, hasil ikutan pertanian atau pabrik (seperti : dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan berbagai umbi-umbian).
Sebelum memformulasikan ransum, kemampuan sapi untuk mengonsumsi ransum perlu diketahui terlebih dahulu. Hal ini karena ternak sapi memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi ransum yang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya : faktor ternak itu sendiri, keadaan ransum dan faktor luar (seperti suhu udara yang tinggi dan kelembaban yang rendah).
Komposisi Pakan
Komposisi pakan adalah persentase dari beberapa jenis bahan pakan penyusun ransum yang diberikan pada seekor ternak sapi guna memenuhi kebutuhannya baik untuk hidup pokok maupun produksi. Pemberian pakan dibatasi berdasarkan konsumsi bahan kering (BK) ransum yaitu sebanyak 3% dari bobot badan. Perlu diketahui bahwa hijauan atau rumput-rumputan yang tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia relatif cepat tumbuh tetapi kandungan gizinya relatif rendah. Oleh karena itu, sapi pejantan yang hanya diberi pakan berupa hijauan saja tanpa adanya penambahan pakan lain berupa konsentrat tidak mungkin memiliki performans reproduksi yang tinggi.
Apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah; seperti jerami padi, daun pucuk tebu dan limbah pertanian lainnya maka perbandingan antara hijauan dan konsentrat (dalam bentuk bahan kering) adalah 45 : 55. Sedangkan apabila hijauan yang diberikan berkualitas menengah sampai tinggi; seperti rumput gajah, rumput raja, rumput setaria dan leguminosa, maka perbandingan hijauan dan konsentrat (dalam bentuk bahan kering) adalah 60 : 40 (Sugeng, 2002).
Kandungan Nutrisi Pakan
1. Bahan kering (BK)
Setiap bahan pakan ternak terdiri dari dua bagian utama penyusunnya yaitu air dan bahan kering. BK terdiri atas beberapa bahan organik seperti karbohidrat, lipida, protein, vitamin dan abu. Oleh karena itu, pemberian bahan pakan pada ternak sapi pada umumnya diperhitungkan berdasarkan kandungan bahan kering dari bahan pakan tersebut.
2. Protein kasar (PK)
Sapi membutuhkan protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Apabila di dalam pakan tidak terdapat cukup protein, maka sapi tidak dapat membuat dan memelihara jaringan tubuh, akibatnya pertumbuhan terganggu. Protein bisa diperoleh dari bahan-bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berupa hijauan legum seperti daun turi (Sesbania grandiflora), dan daun lamtoro (Leucaena glauca). Disamping itu, bahan pakan sumber protein lainnya dapat berupa biji-bijian seperti bungkil kedelai dan bungkil kacang tanah.
3. Serat kasar (SK)
Serat kasar merupakan hidrat arang yang tidak dapat larut. Bahan ini hanya berfungsi sebagai bulk (pengenyang) yang bisa merangsang proses pencernaan agar dapat berlangsung dengan baik. Beberapa bahan pakan sumber serat dapat berupa hijauan (rumput) baik dalam bentuk segar maupun kering maupun limbah pertanian; seperti rumput alam, rumput kumpai, jerami padi, dan lain-lain.
4. Lemak kasar (LK)
Lemak di dalam tubuh ternak diperlukan sebagai sumber energi dan pembawa
vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (seperti vitamin A, D, E dan K). Lemak tubuh dibentuk dari karbohidrat, lemak pakan dan protein yang tidak langsung digunakan oleh tubuh ternak. Sapi bisa memperoleh lemak dari tiga sumber; yakni lemak itu sendiri, protein dan hidrat arang dari bahan pakan.
5. Air
Tubuh ternak terdiri dari 70-80% air, oleh karena itu air merupakan bahan utama yang tidak dapat diabaikan. Apabila ternak sapi mengalami kekurangan air sampai 20% di dalam tubuhnya, maka akan menimbulkan kematian. Di dalam tubuh ternak, air memiliki banyak fungsi; diantaranya mengatur suhu tubuh, membantu proses pencernaan, mengangkut zat-zat pakan dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna.
Kebutuhan air pada ternak sapi dapat terpenuhi melalui tiga sumber; yaitu air minum, air yang terkandung di dalam pakan dan air yang berasal dari proses metabolisme zat pakan dalam tubuh. Sebagai pedoman, sapi membutuhkan air 3-6 liter per 1 kg pakan kering. Dengan demikian untuk menjaga agar kebutuhan air dalam tubuh ternak tetap terpenuhi sepanjang waktu, maka air diberikan secara ad-libitum.
6. Mineral
Sapi memerlukan mineral untuk membentuk jaringan tulang dan urat, memproduksi dan mengganti mineral dalam tubuh yang hilang dan memelihara kesehatan. Mineral banyak terdapat dalam tulang dan hanya sedikit di dalam jaringan tubuh. Akan tetapi mineral yang sedikit jumlahnya ini sangat penting artinya bagi daya hidup ternak karena akan mempermudah proses pencernaan, penyerapan zat-zat makanan, proses metabolisme dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh sapi.
Beberapa unsur penting mineral yang diperlukan tubuh ternak adalah Na, Cl, Ca, P, S, Fe, K, Mg, I, Cu, Co, Zn dan Se. Pada umumnya unsur-unsur ini banyak terdapat di dalam ransum pakan. Namun seringkali perlu ditambahkan unsur mineral terutama garam dapur (NaCl), Ca dan P. Bahan pakan yang berasal dari padi-padian banyak mengandung unsur P, sedangkan pakan kasar banyak mengandung Ca. Bahan hijauan banyak mengandung mineral. Sebagai tanda bahwa seekor ternak sapi kekurangan mineral adalah ternak suka memakan tanah.
7. Vitamin
Beberapa jenis vitamin dibutuhkan oleh seekor ternak sapi untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan kesehatan. Meskipun demikian, terjadinya kekurangan vitamin pada tubuh sapi tidak perlu dikhawatirkan karena biasanya cukup tersedia di dalam pakan. Beberapa vitamin penting bagi ternak sapi diantaranya adalah vitamin A, B dan D.
Pakan Suplemen ( Jamu )
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya efisiensi reproduksi adalah penurunan kualitas pejantan. Pada beberapa kasus sapi pejantan yang digunakan untuk sumber bibit semen beku, cair maupun pejantan kawin alami mengalami permasalahan seperti memiliki kualitas semen dan libido rendah. Oleh karena itu diupayakan cara untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya yaitu dengan melakukan suplementasi. Suplementasi dapat berasal dari bahan-bahan tradisional yang mudah diperoleh dan dapat berkhasiat meningkatkan libido dan kualitas semen baik berupa jamu maupun bahan lainnya. Bahan-bahan tersebut diantaranya temu kunci (Boesenbergia pandurata). Temu kunci termasuk golongan zingebereceae yang berguna sebagai berbagai obat, bahkan merupakan bahan baku obat alami yang dapat dikemas dalam bentuk jamu dan diolah sebagai obat moderen alami fito farmasi (Raharjo, 2001). Temu kunci mengandung minyak atsiri (borneol, kamfer, sineol, ethil-alkohol), pati, saponin dan favonoid (Anonimus, 2007a). Temu kunci biasanya digunakan sebagai obat untuk melancarkan perjalanan darah dan untuk stamina (Anonimus, 2005). Selain itu temu kunci juga mengandung pinostrobin dan pinocembrin sebagai isolate anti kanker, berfungsi sebagai anti oksidan (Anonimus, 2007b).
Selain temu kunci, terdapat juga kapulaga (Amomum cardamomum) yang digunakan sebagai afrodisiaka yaitu berguna untuk merangsang libido. Kapulaga mengandung senyawa turunan saponin, alkaloid, tanin dan senyawa lain. Berdasarkan penelitian, tumbuhan afrosidiak mengandung senyawa turunan saponin, alkaloid, tanin dan senyawa lainnya yang secara fisiologis dapat melancarkan peredaran darah pada sistem darah pusat atau sirkulasi darah tepi. Efeknya dapat meningkatkan sirkulasi darah pada alat kelamin . Bahan-bahan obat tradisional tersebut biasanya tumbuh liar atau terdapat di pekarangan (Sudiarto et al., 2001). Beberapa pakan suplemen yang dapat diberikan pada sapi pejantan berdasarkan khasiatnya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa Pakan Suplemen pada Sapi Jantan
No | Kegunaan/Khasiat | Nama Bahan | Dosis Pemberian |
1 | Jamu/obat | · Temu kunci (Boesenbergia pandurata) · Kapulaga (Amomum cardamomum) · Madu | 100 gr 35 gr 250 ml |
2 | Penambah Stamina | · Madu · Telur ayam kampung | 250 ml 15 butir |
3 | Meningkatkan kesuburan dan mempertahankan kesehatan tubuh | · Vitamin E | 2.000 IU |
Xersise dan Pengaturan Perkawinan
Untuk pejantan di kandang individu, perlu dilakukan exercise minimal 1-2 kali dalam seminggu dengan cara dilepas secara terikat di luar kandang terbuka sekitar 3-4 jam. Pemeliharaan pejantan secara intensif, satu pejantan dapat mengawini sebanyak 30-50 ekor betina. Pejantan yang dipelihara dalam kandang kelompok kawin , pola perkawinannya dirotasi setiap 6 bulan. Untuk menghindari perkawinan keluarga (inbreeding), setelah 2 tahun pejantan dirotasi ke wilayah lain.
Perkandangan
Kandang merupakan salah satu sarana yang penting dalam pemeliharaan pejantan sapi potong. Kandang diupayakan untuk melindungi sapi terhadap gangguan luar yang merugikan; baik terhadap sengatan matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan angin yang kencang. Disamping itu, fungsi kandang juga dapat memudahkan system pengelolaan seperti perawatan kesehatan, pemberian pakan dan penanganan kotoran (feses dan urine).
Kandang yang digunakan adalah kandang individu yang dilengkapi dengan palungan (pada sisi depan) dan saluran pembuangan kotoran pada sisi belakang. Konstruksi kandang pejantan harus kuat serta mampu menahan benturan dan dorongan juga memberikan kenyamanan dan keleluasaan bagi ternak. Ukuran kandang pejantan adalah panjang (sisi samping) 275 cm dan lebar (sisi depan) 200 cm.
Disamping kandang individu, seekor sapi pejantan juga membutuhkan kandang paksa atau kandang jepit (Gambar 6) yang digunakan untuk melakukan perkawinan (IB + kawin alam) dan menampung sperma serta perawatan kesehatan (seperti potong kuku dan lain sebagainya). Bangunan kandang biasanya terbuat dari bahan pipa besi agar konstruksinya kuat dan mampu menahan gerakan sapi. Ukuran kandang paksa yaitu panjang 110 cm dan lebar 70 cm dan tinggi 110 cm. Pada bagian sisi depan kandang dibuat palang untuk menjepit leher ternak (Rasyid dan Hartati, 2007).
Perawatan Rutin dan Kesehatan
· Memandikan/menggosok dan memotong kuku pejantan secara rutin
· Pencegahan obat cacing secara periodik minimal 3 bulan sekali
· Melakukan sterilisasi kandang setiap pergantian sapi
· Pemeriksaan sampel darah secara rutin setiap tahun untuk kontrol penyakit
· Melakukan karantina minimal dua minggu untuk sapi baru
· Pemberian vitamin dan mineral untuk mempertahankan kondisi tubuh
Daftar Pustaka
Anang. 2013. Makalah Manajemen Ternak Sapi Perah. http://kangmasanang.blogspot.com/2013/01/makalah-manajemen-ternak-sapi-perah.html
Anonim. 2013. Pemeliharaan Ternak (Pedet). http://www.betcipelang.info/pemeliharaan-ternak/pedet.html
Anonim. 2013. Manajemen Penanganan Anak Sapi. http://www.scribd.com/doc/112743997/Manajemen-Penanganan-Anak-Sapi
Anonim. 2010. Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Pejantan Pemacek. http://lolitsapi.litbang.deptan.go.id/ind/images/pdf/kerjasama/cihuy.pdf
Firman, Adi. 2011. Pemeliharaan Sapi Darah. http://adifirman.wordpress.com/2011/04/27/pemeliharaan-sapi-dara/
Rezkiawan, Awal. 2013. Panjang Periode Laktasi. http://awalrezkiawan.blogspot.com/2013/03/panjang-periode-laktasi_5.html
Rini, Martha. 2011. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah. http://dwitiya-martharini.blog.ugm.ac.id/2012/08/13/tata-laksana-pemeliharaan-sapi-perah/
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar,semoga bermanfaat