Skip to main content

Sinkronisasi Estrus secara Serentak pada Sapi Potong






Sinkronisasi estrus atau penyerentakan birahi merupakan suatu usaha untuk menimbulkan birahi pada sekelompok ternak secara bersamaan sehingga diperoleh peningkatan angka kebuntingan. Hasil kegiatan sinkronisasi estrus tersebut telah berhasil mensinkronisasi estrus seluruh sapi target untuk birahi sekaligus meningkatkan kinerja reproduksi ternak. Prosedur yang digunakan dalam sinkronisasi estrus terdiri dari screening atau seleksi sapi induk, aplikasi hormon PGF2a, inseminasi buatan (IB), dan deteksi kebuntingan.
Screening dilakukan dengan cara pengecekan catatan reproduksi dan pemeriksaan kebuntingan (PKB) terhadap individu sapi. Pengecekan catatan reproduksi yang meliputi tanggal birahi dan IB terakhir bertujuan untuk mengetahui kondisi induk sapi sebelum diberi perlakuan. Untuk memastikan kondisi induk tidak dalam keadaan bunting dan alat reproduksi dalam kondisi baik selanjutnya dilakukan PKB secara cermat. Sapi dalam keadaan bunting tidak boleh diberi perlakuan sinkronisasi estrus karena akan menyebabkan keluron atau abortus. Selain itu, induk harus mempunyai alat reproduksi yang baik atau terbebas dari peradangan alat reproduksi, endometritis, metritis, dan vaginitis karena akan berpengaruh terhadap hasil konsepsi atau kebuntingan. Perlu diperhatikan juga bahwa induk sapi memiliki skor kondisi tubuh yang optimum.
Selain kondisi di atas, induk sapi yang diberi perlakuan sinkronisasi estrus menggunakan preparat hormon PGF2a atau prostaglandin harus dilakukan pemeriksaan Corpus Luteum (CL). Induk sapi yang mempunyai atau terdeteksi memiliki CL pada salah satu ovariumnya saat pemeriksaan dapat diberi perlakuan sinkronisasi estrus. Tahap pemeriksaan CL merupakan tahapan penting karena menentukan keberhasilan timbulnya birahi pada induk sapi, di samping pemberian pakan yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya.
Induk-induk sapi yang terseleksi atau terpilih selanjutnya diberi perlakuan hormon PGF2a. Aplikasi hormon PGF2a dilaksanakan secara intramuskular dengan dosis 2 ml/ekor dengan target organ CL. Penggunaan PGF2a akan melisiskan CL sehingga menyebabkan perkembangan folikuler, menimbulkan gejala birahi, dan ovulasi pada induk sapi. Satu sampai tiga hari setelah diberi perlakuan hormon,
induk sapi akan menunjukkan gejala birahi. 6 sampai 24 jam setelah timbulnya birahi, seluruh induk sapi dikawinkan dengan cara IB. 60 hari setelah IB, deteksi kebuntingan dapat dilakukan untuk mengetahui keberhasilan IB atau kebuntingan pada induk sapi.
Sinkronisasi estrus dengan prosedur atau tahapan di atas memilki peluang yang cukup besar untuk meningkatkan angka kebuntingan dan kelahiran secara serentak pada sapi potong. Kinerja reproduksi ternak yang lebih baik selanjutnya akan berdampak terhadap perkembangan populasi sapi dan pendapatan petani dari usaha ternak.

Comments

Popular posts from this blog

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Tanaman ini tumbuh menjalar dan bisa memanjang sampai 30- 50 cm. Tanaman ini beradaptasi pada tanah yang basah dan tidak tahan terhadap kekeringan. Batang dan daun yang muda berbulu, berwarna coklat keemasan. Bentuk daun bulat dan berkelompok 3 dalam satu tangkai. Bunganya kecil berwarna ungu. Jenis legum ini kurang disukai oleh ternak karena daun  dan batangnya berbulu. Biasa ditanam dengan biji dengan kebutuhan 6-9 Kg/ha. Dapat ditanam dengan rumput Rhodes dan  Brachiaria .

Zat Pengharum pada Pakan Ayam

Untuk menambah daya rangsang ayam terhadap pakan, bisa juga ditambahkan pengharum yang beraroma khusus, biasanya berasal dari ekstrak tumbuhan. Pengharum ini dapat diperoleh di importir obat ternak atau toko-toko kimia. Bahan yang bisa dibeli di toko kimia seperti pengharum yang beraroma vanila. Penggunaan pengharum dalam pakan tidak mutlak. Tidak semua pakan komersial pabrik menggunakan pengharum. Dengan menggunakan bahan baku berkualitas baik akan dihasilkan pakan dengan aroma yang khas. Proses pencetakan pelet melalui tahapan penguapan (steaming) akan memberikan aroma yang lebih merangsang ayam untuk meningkatkan konsumsi pakan.

Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak (IKT) | Nekropsi

BAB I PENDAHULUAN     Nekropsi merupakan pemeriksaan kondisi jaringan tubuh ternak yang dilakukan dengan cara membedah atau membuka rongga tubuh sehingga fisik organ dalam ternak dapat diamati. Dalam penggunaanya, nekropsi banyak digunakan dalam hal pemeriksaan unggas yang diduga telah terjangkit penyakit. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui penyakit yang diderita oleh unggas sehingga dapat ditentukan penanganan yang tepat untuk menanggulangi penyakit tersebut agar peternakan terhindar dari kerugian finansial yang lebih besar. Maka dari itu nekropsi sangat penting untuk dipelajari, mengingat pentingnya menjaga kesehatan unggas dalam keberlangsungan usaha peternakan.     Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan lebih terlatih dalam melakukan nekropsi pada unggas dan mampu menganalisa penyakit yang diderita oleh unggas. Manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan lebih memahami secara mendalam mengenai karakteristik penampilan luar dan organ dalam unggas yang terkena penya