PENETASAN TELUR
Penetasan telur yang umum dilakukan oleh peternak adalah ada dua cara yaitu : penetasan telur secara alami dan penetasan telur secara buatan. Yang dimaksud dengan penetasan telur secara alami yaitu penetasan telur dengan menggunakan induknya untuk mengerami telurnya seperti ayam, entok dan bangsa-bangsa burung. Sedangkan untuk itik atau bebek tidak bisa mengeraminya sendiri, biasanya menggunakan unggas lain untuk membantu menetaskan telurnya.Sedangkan yang dimaksud dengan penetasan telur secara buatan yaitu menetaskan telur dengan menggunakan alat yang berupa mesin tetas telur atau alat penetasan telur. Di perusahaan pembibitan ternak unggas (breeding farm), yang sekala usahanya cukup besar seperti Cipendawa dan Phokphand biasanya menggunakan mesin tetas yang moderen (komersial) dan kapasitasnyapun cukup banyak.
Penetasan telur merupakan suatu usaha untuk menghasilkan unggas baru dalam meneruskan usaha peternakan tersebut dengan cara mengunakan mesin tetas selama waktu tertentu , sesuai dengan jenis telur yang ditetaskan.
1. PENETASAN TELUR DENGAN MESIN TETAS SEDERHANA
1.1. Menyiapkan Penetasan
Keberhasilan didalam kegiatan penetasan sangat dipengaruhi oleh mutu dari telur itu sendiri dan kondisi atau keadaan mesin tetas. Agar kondisi mesin tetas dapat dipergunakan secara optimal maka mesin tetas dan peralatan pendukungnya harus dalam keadaan steril atau bebas dari penyakit yang dapat mengganggunya . Kegiatan untuk sterilisasi dapat dilakukan dengan cara fumigasi. Fumigasi alat mesin tetas dan peralatan pendukungnya ini mutlak harus dilakukan oleh seseorang yang akan melakukan kegiatan penetasan.Sebelum kegiatan penetasan telur unggas dilakukan ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dipersiapkan diantaranya alat penetas atau mesin tetas yang akan dipergunakan. Alat penetas telur ada dua macam , yaitu mesin tetas sederhana dan mesin tetas yang moderen (komersial ).
1.1. 1. Bagian-Bagian Mesin Tetas
Mesin tetas sederhana terdiri dari berbagai komponen pendukung.Komponen – komponen tersebut diantaranya:
Voltage rugulator: komponen ini berfungsi untuk mengatur tegangan
Thermostat : komponen yang berfungsi untuk memutus arus apabila keadaan suhu terlalu tinggi.
Lampu sinyal: komponen yang berfungsi untuk mengontrol bahwa mesin tetas dijalankan, atau mesin sudah bekerja. Dan apabila suhu terlalu tinggi, maka lampu sinyal akan mati
Ventilasi : berfungsi untuk mengatur sirkulasi udara
Lampu : berfungsi untuk penerangan dan penghangat ruangan mesin tetas
Saklar : berfungsi untuk menghidupkan arus listrik
Elemen : sebagai penghantar panas
Rak telur: untuk meletakan telur
Bak air : berfungsi untuk mengatur kelembaban.
gambar termostat
1.1.2. Menyiapkan Mesin Tetas
Peralatan mesin tetas sebelum dipergunakan sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan disini meliputi kegiatan-kegiatan membersihkan dan mencuci. Setelah alat mesin tetas telur tersebut dibersihkan dan dicuci sampai bersih, kemudian dijemur pada sinar matahari atau dikeringkan. Alat mesin tetas yang telah kering kemudian disterilkan.
Pada saat melakukan sterilasi mesin tetas tersebut jangan lupa peralatan pendukung yang lainnya juga harus disterilkan. Kegiatan sterilisasi mesin tetas dapat dilakukan dengan cara fumigasi . Fumigasi ini dapat menggunakan bahan larutan permanganat yang dicampur dengan formalin dengan dosis tertentu. Pelaksanaan sterilisasi tersebut dengan meletakan larutan permanganat dan formalin didalam mesin tetas. Adapun tujuan dari sterilsasi adalah untuk membunuh mikroorganisma atau bibit penyakit yang dimungkinkan dapat mengganggu proses penetasan atau dapat memutus jalur penyebaran penyakit yang merugikan.
Setelah kegiatan sterilsasi mesin tetas dilakukan, langkah berikutnya adalah mencoba atau mengontrol apakah alat mesin tetas tersebut masih berfungsi secara optimal. Uji coba mesin tetas sebelum digunakan untuk menetaskan telur mutlak harus dilakukan, karena untuk mengantisifasi reksiko kegagalan dalam penetasan.
Pada saat mencoba alat mesin tetas biasanya tidak menggunakan telur tetas, karena uji coba ini dimaksudkan hanya untuk mengatahui tingkat kestabilan temperature dan tingkat kelembaban ruangan penetasan. Disaat mencoba mensin tetas ini untuk amannya dapat dilakukan kurang lebih dua hari penuh. Sedangkan kisaran temperature dalam ruangan penetasan bila dianggap stabil berkisar antara 0,2 - 0,3 derajat celcius.
Jangan sekali-kali mencoba memasukkan telur tetas ke dalam mesin tetas apabila mesin tetas tersebut belum diuji coba terlebih dahulu. Karena reksiko yang ditanggung cukup besar yaitu telur bisa tidak menetas semua. Apabila pada saat diuji coba masih ada bagian peralatan mesin tetas yang tidak berfungsi maka perlu diperbaiki terlebih dahulu. Perbaikan disini pada umumnya hanya bersifat ringan-ringan saja. Bila mesin tetas tersebut sudah tidak ada masalah yang mengggangu, selanjutnya mesin tetas tersebut ditempatkan dalam ruangan khusus yang betul-betul memenuhi persyaratan baik dari suhu ruangan maupun dari segi sirkulasi udaranya.
1.2. Syarat-syarat penetasan
1.2.1. Mesin tetas harus disimpan pada suatu ruangan yang permanen dengan pintu dan jendela yang cukup lebar untuk mengatur sirkulasi udara dan cahaya. Ruangan yang dalam keadaan sejuk, keadaan sirkulasi udara yang baik dan keadaan ruangan yang tidak pengap, merupakan keadaan yang paling baik dan ideal untuk menempatkan atau menyimpan mesin tetas. Dengan keadaan ruangan yang baik dan ideal ini akan dapat meningkatkan keberhasilan didalam pelaksanaan penetasan.1.2.2. Memiliki jarak yang cukup aman dari berbagai macam pencemaran seperti debu, bau, makanan dan kotoran kandang. Agar telur yang ditetaskan dapat menetas mencapai 80 % atau bahkan lebih, maka tempat penetasan harus jauh dari kotoran kandang, pencemaran debu maupun bau dan lainnya. Karena kotoran kandang, debu, maupun pencemaran bau akan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses penetasan, atau dengan kata lain dapat menurunkan prosentase daya tetas telur.
1.2.3. Ruang yang dipergunakan untuk menyimpan mesin tetas harus cukup lapang dan diusahakan mesin tetas tersebut tidak kena angin. Apabila mesin tetas kena angin secara langsung akan dapat mempengaruhi temperature udara di dalam mesin tetas, yang akhirnya akan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam penetasan telur (menurunkan prosentase daya tetas telur).
Disamping itu masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:
• Mempersiapkan mesin tetas , mencoba dan menghidupkannya
• Menyusun rak-rak telur
• Menempatkan rak-rak yang berisi telur kedalam mesin tetas
• Menyetel lubang ventilasi mesin tetas, sebab ventilasi yang baik sangat penting bagi keberhasilan pekerjaan penetasan
• Membalik dan mendinginkan telur
• Melakukan peneropongan
• Mengatur atau memeriksa kelembaban udara dalam mesin tetas.
• Menurunkan anak-anak ayam yang sudah menetas dari mesin tetas
• Pencatatan administrasi yang berkaitan dengan setiap kali penetasan.
1.3. Memilih telur tetas
Pekerjaan menetasankan telur dikatakan berhasil apabila sebagian besar dari telur-telur yang ditetaskan dapat menetas. Apa usaha yang dapat dilakukan agar dalam proses penetasan telur mendapatkan daya tetas yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka, perlu adanya kegiatan seleksi telur sebelum telur ditetaskan. Kegiatan seleksi telur dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan telur-telur terlebih dahulu, baik itu telur yang berasal dari kandang sendiri, membeli dari pasar atau membeli langsung dari peternak.
Seandainya telur didapatkan dengan cara membeli dari petani peternak, pilihlah peternak yang didalam budidaya ayam ada pejantannya. Jangan membeli telur untuk ditetaskan berasal dari pemeliharaan ayam yang tidak ada pejantannya. Kalau hal ini terjadi maka kemungkin besar telur-telur tersebut tidak dapat menetas.
Begitu juga apabila telur yang akan ditetaskan didapatkan membeli dari pasar. Karena telur yang membeli dari pasar juga tidak jelas asal usulnya, apakah telur tersebut dibuahi atau tidak, dan berapa lama telur tersebut disimpan. Untuk itu telur yang bagus untuk ditetaskan adalah telur-telur yang didapat atau diperoleh dari kandang yang jelas didalam manajemen pemeliharaannya. Yang dimaksud disini adalah perusahaan pembibitan (breeding farm). Diperusahaan pembibitan ternak unggas untuk menghasilkan telur yang memiliki daya tetas tinggi, sesungguhnya sangat tergantung dari kualitas induk dan pejantan yang digunakan.
Walaupun induk dan pejantan yang dipergunakan untuk memproduksi telur tetas mempunyai kualitas bagus, namun masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat memilih telur tetas. Karena tidak semua telur yang berhasil diambil dari kandang ( breeding farm) mempunyai kualitas bagus untuk ditetaskan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan didalam seleksi telur tersebut adalah sebagai berikut :
1.2.1. Bentuk Telur
Telur yang akan ditetaskan sebaiknya pilihlah telur yang mempunyai bentuk normal. Telur yang mempunyai bentuk menyimpang dari keadaan normal, biasanya kurang bagus daya tetasnya. Telur yang dianggap bagus mempunyai bentuk normal atau oval dengan ukuran lebar telur ¾ kali panjang telur. Jangan memilih telur yang mempunyai bentuk terlalu lonjong atau terlalu bulat. Telur yang mempunyai bentuk terlalu bulat atau terlalu lonjong kurang bagus untuk ditetaskan.
1.2.2. Keadaan Kulit /kerabang telur
Keadaan kulit atau kerabang telur yang dalam keadaan pecah atau retak tidak bagus untuk ditetaskan. Karena telur yang retak atau pecah dapat menyebabkan masukkan mikroorganisma atau bibit penyakit kedalam telur. Apabila keadaan kulit telur yang pecah atau retak dipaksanakan untuk ditetaskan maka yang terjadi bukannya telur tersebut menetas akan tetapi telur menjadi busuk.
Disamping itu telur yang mempunyai kualitas kulitnya tipis dan kerabang telur berpasir (kerabang berbintik-bintik kasar menyerupai pasir) juga kurang bagus untuk ditetaskan. Karena telur yang kulitnya tipis tersebut tidak sempurna dalam proses pembentukannya. Telur yang bagus adalah telur yang mempunyai kulit yang tidak terlalu tipis maupun tidak terlalu tebal dilain itu telur yang mempunyai kualitas bagus mempunyai ciri Tebal kulit telur yang normal berkisar antara 0,33 – 0,35 mm.
1.2.3. Berat Telur
Berat telur ayam ras yang baik untuk ditetaskan antara 55 gram sampai dengan 65 gram. Berat telur yang terlalu besar kurang baik untuk ditetaskan bahkan kemungkinan besar tidak menetas apabila ditetaskan, karena telur yang mempunyai ukuran besar biasanya kuning telurnya ada dua atau kembar. Telur yang mempunyai ukuran besar lebih baik digunakan sebagai telur konsumsi. Disamping telur yang berukuran lebih besar atau besar, telur yang berukuran terlalu kecil juga tidak bagus untuk ditetaskan.
1.3.4. Warna Kulit Telur
Keadaan warna kulit telur juga dapat berpengaruh terhadap daya tetas telur. Warna kulit telur yang normal yaitu mempunyai kulit telur halus dan rata.
1.2.5. Kebersihan Kulit Telur
Telur yang akan ditetaskan sebaiknya dipilih yang kulitnya bersih. Seandainya ada telur yang kulit telur kotor maka harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum ditetaskan. Telur yang kotor sebaiknya tidak ditetaskan, karena telur yang kotor biasanya daya tetasnya rendah, akibat sudah terkontaminasi dengan mikroorganisma atau kuman yang ada di kandang.
Telur yang dalam keadaan kotor dapat dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan kertas bekas bungkus semen, hal ini apabila kondisi kotornya ringan. Selain menggunakan kertas bekas dari kantong semen pada saat membersihkan telur bisa juga menggunakan air hangat (suam-suam kuku) kemudian dikeringkan. Pada saat mongeringkan telur bisa menggunakan kain lap bersih dan dalam keadaan kering.
1.3.6. Lama penyimpanan
Lama penyimpanan telur dapat mempengaruhi daya tetas telur. Apabila telur terlalu lama disimpan maka daya tetasnya akan menurun. Oleh karena itu semakin cepat telur ditetaskan maka daya tetasnya semakin baik. Alangkah baiknya telur tetas tidak disimpan dalam waktu yang lama. Lama penyimpanan telur tetas sebaiknya tidak lebih dari satu minggu ( 7 hari). Seandainya terpaksa harus disimpan suhu ruang penyimpanan diusahakan di bawah 19 OC dan telur diletakan dalam rak telur dengan posisi bagian ujung tumbul dibagian atas.
Pada ruangan penyimpanan yang tepat dan ideal, embrio telur tidak akan mati maupun tumbuh, jadi dalam posisi istirahat ( dormansi), namun apabila telur disimpan pada temperatur di bawah 5 OC, sel embrio akan mati.
1.3.7. Rongga udara
Telur yang mempunyai rongga udara lebar dan terlihat buram, juga kurang baik apabila dipergunakan untuk telur tetas. Karena rongga udara lebar dan dalam keadaan buram kemungkinan telur tersebut sudah lama dalam penyimpanan. Pilihlah telur yang mempunyai rongga udara putih bening.
Keadaan atau posisi rongga udara yang yang baik untuk telur tetas adalah terletak dibagian yang tumpul. Apabila rongga udara didalam telur tersebut sudah bergeser dari ujung tumpul , maka daya tetas telur tersebut menurun.
Oleh karena itu agar rongga udara tidak bergeser dari bagian ujung tumpul, pada saat penyimpanan di egg tray letakkan bagian yang tumpul dibagian atas. Rongga udara ini sangat diperlukan oleh embrio untuk perkembangannya.
1.3.8. Induk unggas
Telur tetas yang mempunyai kualitas baik apabila telur tersebut dibuahi oleh pejantan. Oleh karena itu dalam pemeliharaan induk ayam harus ada perbandingan yang tepat antara jantan dan betinanya. Perbandingan antara jantan dan betina yaitu: 1: 6. ( satu ekor jantan dan 6 ekor betina). Untuk bibit petelur, rationya 1:10
1.3.9. Kegiatan Peneropongan telur
Kegiatan meneropong telur ini, selalu dilakukan setiap kali akan menetaskan telur. Karena kegiatan peneropongan telur sangat menentukan keberhasilan pada saat proses penetasan.Dengan peneropongan untuk memastikan apakah telur tersebut mempunyai kualitas bagus atau tidak. Seandainya telur tersebut mempunyai kualitas bagus, maka telur tersebut ditetaskan begitu sebaliknya apabila kondisi telur mempunyai kualitas kurang bagus, maka telur tersebut tidak usah ditetaskan akan tetapi dipergunakan untuk telur konsumsi.
Kegiatan peneropongan telur dilakukan sejak pertama kali telur akan ditetaskan sampai penetasan selesai. Hanya saja tidak setiap hari telur harus diteropong akan tatapi dilakukan secara berkala. Peneropongan telur dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kulaitas telur disaat awal, mengetahui perkembangan putih telur, mengetahui perkembangan kuning telur, dan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan embrio dan lain sebagainya.
Kegiatan meneropong telur ini tidak memerlukan pendidikan khusus, namun hanya perlu pengalaman saja. Semakin sering melakukan maka semakin trampil. Peneropongan telur dapat dilakukan dengan alat egg candler . Namun peneropongan telur dapat juga menggunakan kertas atau buku digulung.
Telur-telur yang akan di seleksi dikumpulkan dan diletakan didalam tempat telur (egg tray ), kemudian ambil dan pilihlah telur yang berbentuk oval dan berkerabang halus serta rata. Setelah itu bersihkan telur tersebut dari kotoran yang menempel dengan menggunakan air hangat. Lalu kemudian ambilah alat peneropong telur (egg candler) . Lakukan peneropongan telur dengan cara meletakan telur diatas candler (teropong). Pada saat melakukan peneropongan amati letak rongga udara. Apakah keadaan rongga udara sudah lebar dan terlihat buram atau keadaan rongga udaranya masih putih bening. Kegiatan peneropongan (candling) yang dilakukan di perusahaan pembibitan biasanya pada umur 1 minggu dan ketika akan dipindah dari mesin setter (inkubator) ke mesin hatcher, dan ini terjadi pada umur 18 hari.
Adapun tujuan dari candling (peneropongan) pada umur 1 minggu adalah apabila terjadi telur infertil (tidak dibuahi) masih bisa dijual sebagai telur konsumsi. Namun sebagian perusahaan lebih mempertimbangkan effisiensi waktu, sehingga cukup melakukan 1 kali yaitu umur 18 hari.
Untuk mengenal bagaimana kondisi telur yang fertil dan infertil adalah: telur yang fertil bila diteropong menggunakan lampu dalam ruangan yang gelap, telur akan nampak gelap. Sedangkan telur infertil, terlihat terang atau ada bintik-bintik terang.
Seandainya hasil peneropongan telur,kondisi rongga udaranya lebar dan buram, maka telur tersebut jangan ditetaskan. Namun apabila kondisi rongga udara kelihatan putih dan bening, maka telur tersebut ambil dan simpan ditempat yang aman. Yang perlu diingat dan jangan lupa simpan telur dengan posisi bagian tumpul sebelah atas pada rak telur.
1.4. Memasukan telur kedalam mesin tetas
Agar dalam proses penetasan telur dapat berhasil dengan baik , maka sebelum memulai pekerjaan memasukan telur tetas kedalam mesin tetas ada beberapa hal yang perlu diperhatiakan diantaranya :
1.4.1. Telur tetas yang sudah dipilih harus betul-betul sudah diyakini bahwa telur tersebut sudah dibuahi, karena telur yang dapat menetas adalah telur yang dihasilkan oleh ayam betina melalui perkawinan dengan ayam jantan. Untuk mengetahui bahwa telur ayam tersebut telah dibuahi dapat dilihat dengan menggunakan alat teropong telur.
1.4.2. Apabila telur tersebut dilihat dengan menggunakan teropong telur kelihatan ada titik hitam dan menyebar seperti urat kayu. Sedang telur yang tidak dibuahi oleh ayam pejantan biasanya tidak ada tanda tersebut. Yang perlu diingat bahwa tanda titik hitam yang menyebar tersebut tidak akan terlihat menggunakan alat teropong, apabila keadaan kulit telur tersebut berwarna gelap.
1.4.3. Telur yang sudah dipilih usahakan dalam kondisi tetap kering. Oleh karena itu sebelum telur dimasukkan kedalam mesin tetas sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dan kering. Dan daerah yang terlalu lembab tidak baik untuk menyimpan telur tetas karena dapat menyebabkan telur tidak menetas. Begitu sebaliknya apabila tempat penyimpanan telur tetas terlalu kering juga kurang baik,sebab dapat menyebabkan telur menetas lebih cepat dari pada yang norma. Proses menetasnya telur terlalu cepat atau terlalu lama dapat menyebabkan kematian anak ayam.
1.4.4. Telur yang sudah dipilih jangan disimpan terlalu lama. Lama penyimpanan tidak lebih dari 1minggu. Seperti apa yang telah dibahas diatas semakin cepat telur ditetaskan semakin baik daya tetasnya.
1.4.5. Telur yang kualitasnya baik saja yang ditetaskan. Jangan menetaskan telur yang mempunyai kualitas rendah. Yang dimaksud rendah disini adalah telur berasal dari ayam betina yang kurang terawat pakannya dan dapat dilihat pula dari cirri-ciri telur tersebut seperti kulit telur kurang mulus dan warna agak gelap atau keruh.
1.5. Melakukan penetasan telur
Setelah seleksi telur dilakukan dan akhirnya mendapatkan telur tetas yang mempunyai kualitas baik. Maka langkah berikutnya adalah mengoperasikan mesin tetas. Kegiatan mengoperasikan mesin tetas dilakukan sebelum telur tetas dimasukkan kedalamnya, yaitu kurang lebih 3 jam sebelumnya bahkan kalau dimungkinkan selama kurang lebih dua hari penuh. Pengoperasian mesin tetas kurang lebih 3 jam sebelum telur tetas dimaksukkan kedalam mesin tetas dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kestabilan temperature dan tingkat kelembaban ruangan penetasan . Disaat mencoba mengoperasikan mesin tetas semua peralatan pendukungnya juga ikut dicoba.
Langkah kerja dalam mengoperasikan mesin tetas yaitu: lakukan pemeriksaan alat dan perlengkapan mesin tetas, hubungkan steker dengan dengan stop kontak atau hubungkan mesin tetas dengan sumber listrik, periksa semua lampu apakah sudah menyala atau belum (seandainya belum lakukan perbaikan), amati perubahan suhu pada alat ukur suhu ( thermometer), aturlah thermostat sesuai dengan suhu yang diinginkan, sehingga thermostat menunjukkan suhu 36,6 - 37,2OC atau 98 - 99 OF. Apabila kondisi temperature dan kelembaban yang diinginkan sudah stabil atau konstan makan mesin tetas siap digunakan.
Setelah temperature dan kelembaban ruangan mesin tetas dalam keadaan stabil, langkah berikutnya adalah memasukkan telur tetas kedalam mesin tetas. Suhu atau temperature mesin tetas diusahakan berkisar antara 36,5 sampai dengan 37,5OC hingga akhir penetasan.
Kalau dimungkin berilah tanda pada permukaan telur dengan huruf A dan permukaan lainnya dengan huruf B. Setelah permukaan telur diberi tanda huruf, letakkan telur tersebut diatas rak telur dengan posisi agak miring dimana ujung telur yang tumpul terletak dibagian atas. Agar posisi telur tidak berubah maka dapat diberi ganjal kertas.
Baru setelah rak-rak telur diisi telur tetas, maka langkah berikutnya adalah memasukkan rak-rak tersebut kedalam mesin tetas, dan jangan lupa tutup rapat mesin tetas tersebut. Bukalah lubang ventilasi mesin tetas agar supaya sirkulasi udara berjalan lancar. Pada hari kedua sampai hari 18 lakukan pembalikan telur agar suhu diatas permukaan telur merata. Kegiatan peneropongan telur dapat dilakukan pada hari ke 3, ke 6, ke 12, ke 15 dan hari ke 18 dengan alat peneropong telur (egg candler). Bersamaan melakukan peneropongan telur cek kedaan kelembaban udaranya, dengan cara memeriksa air didalam bak air. Apabila air dalam kondisi berkurang maka tambahlah.
1.5.1. Beberapa prinsip dasar dalam melakukan penetasan telur diantaranya :
1.5.1.1. Tempat menyimpan mesin tetas
Tempat untuk menyimpan mesin tetas sebaiknya ditempat yang sejuk, bersih, sirkulasi udara dalam ruangan lancar, kondisi ruangan tidak pengap,keadaan temperature ruangan dalam keadaan stabil, cahaya matahari tidak langsung mengenai mesin tetas dan lain sebagainya. Apabila keadaan temperature ruang selalu berubah akan mempengaruhi temperature didalam mesin tetas, yang akhirnya akan dapat berpengaruh terhadap keberhasilan proses penetasan.
1.5.1.2. Keadaan kelembaban
Keadaan kelembaban baik itu diruang penyimpanan mesin tetas dan kelembaban didalam mesin tetas juga harus dijaga. Jangan sampai keadaan kelembaban selalu berubah-ubah. Keadaan kelembaban didalam mesin tetas dapat diatur dengan cara memeriksa air yang berada di bak air mesin tetas.
1.5.1.3. Keadaan tempetarur
Keadaan temperature harus selalu dikontrol setiap hari, mulai saat telur tetas dimasukkan ke dalam mesin tetas sampai telur tersebut menetas usahakan suhu atau temperature berkisar antara 36,6-37,5 OC atau 98,6 O F
1.5.2. Memilih telur tetas
Telur tetas yang akan ditetas dipilih yang betul-betul mempunyai kualitas bagus, yaitu telur yang telah dibuah, berat telur seragam, bentuknya bulat lonjong, kulit halus, telur baru (tidak lama dalam penyimpanan), telur tidak retak dan lain sebagainya.
1.5.3. Melakukan pembalikan telur
Selama proses penetasan telur berlangsung, maka harus dilakukan pembalikan. Hal ini bertujuan agar disemua permukaan telur mendapat panas yang sama atau panas yang merata. Pelaksanaan pembalikan telur dilakukan mulai hari kedua sampai hari ke 18. Kegiatan pembalikan telur dilakukan 3 kali setiap hari, yaitu pagi, siang dan sore. Jangan melakukan pembalikan telur 3 hari menjelang telur menetas.
1.5.4. Menjaga sumber panas
Sumber panas baik itu dari listrik atau minyak tanah, perlu dijaga,jangan sampai selama proses penetasan berlangsung sumber panas mati. Kalau terjadi kematian dari sumber panas cepat-cepat diatasi, karena apabila tidak cepat diatasi dapat menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan. Alangkah baik demi keamanan apabila menggunakan sumber panasnya dari listrik, sudah dipersiapkan cadangan aliran listrik yang berupa generator.
1.5.5. Memeriksa hasil penetasan
Setelah 21 hari telur didalam mesin tetas maka, telur tersebut akan menetas. Walaupun ada juga telur yang menetas lebih awal ataupun terlambat menetas. Hal ini bisa terjadi apabila ukuran besarnya telur tidak seragam. Ada telur yang terlalu kecil atau terlalu besar, oleh karena itu factor seleksi atau pemilihan telur dapat menentukan waktu dan kecepatan telur untuk menetas.
Setelah telur menetas langkah berikutnya adalah menangani anak ayam ( DOC), anak yang sudah menetas dari telur apabila bulunya sudah kering bisa langsung diambil dan dikeluarkan dari mesin tetas. Akan tetapi kalau anak ayam tersebut masih dalam keadaan masih basah atau belum kering bulunya jangan dikeluarkan dari dalam mesin tetas dan biarkan anak ayam tersebut bersama dengan telur yang lain sampai kondisi bulu anak ayam tersebut kering.
1.6. Mengevaluasi penetasan
Kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasil di dalam menetasakan telur. Keberhasilan dalam menetaskan telur sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya.
· Hasil seleksi telur tetas
Telur tetas hasil seleksi merupakan telur tetas yang memenuhi persyaratan, misal telur yang berasal dari induk yang sehat dan produksi tinggi, telurnya masih baru dari kandang kondisinya tidak retak, tidak kotor (dalam keadaan bersih), berat telur seragam, keadaan kulit telur halus dan bentuk telur normal dan lain sebagainya. Namun apabila keadaan telur tetas tersebut tidak memenuhi persyaratan, maka telur tersebut kemungkinan besar tidak menetas apabila ditetaskan.
· Alat mesin tetasnya sendiri
Alat mesin tetas yang dipergunakan untuk menetaskan telur, dapat mempengaruhi keberhasilan dalam proses penetasan. Misalnya apabila keadaan mesin tetas yang tidak steril, maka dapat menurunkan prosentase daya tetas telur, bahkan dapat menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan.
· Pada proses penetasannya.
Keberhasilan dalam menetaskan telur, tergantung pada proses pelaksanaannya. Misalnya pada waktu memasukkan telur ke dalam mesin tetas, pengontrolan temperatur mesin tetas, pengontrolan alat pemanas, pelaksanaan pemutaran atau pembalikan telur, pengaturan ventilasi udara mesin tetas, kegiatan peneropongan tahap pertama selama proses penetasan dan lain sebagainya.
Hasil atau jumlah telur yang menetas.
Untuk mengevaluasi hasil atau jumlah telur yang menetas, dapat dilihat dari banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur yang ditetaskan yang dihitung dalam persen. Misalnya setelah diketahui banyaknya telur yang menetas dan telur yang tidak tidak menetas, maka dapat dihitung berapa daya tetas telur yang ditetaskan tersebut. Daya tetas telur dapat dihitung dengan rumus :
Jumlah telur yang menetas
Daya tetas = X 100 %
Jumlah telur fertil
Kegiatan evaluasi pelaksanaan penetasan dapat dilakukan mulai dari persiapan pelaksanaan penetasan sampai dengan proses pelaksanaan penetasannya. Untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan penetasan, maka diperlukan catatan atau rekaman kegiatan harian. Rekaman atau catatan harian ini, memuat tentang semua kegiatan yang telah dilakukan serta kejadian-kejadian selama proses penetasan berlangsung. Dengan rekaman atau catatan harian yang telah dibuat, maka dapat membantu untuk mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan selama proses penetasan berlangsung. Agar catatan atau rekaman kegiatan selama proses penetasan mudah dipahami, maka dibuat yang sederhana akan tetapi memuat tentang data-data yang penting selama proses penetasan berlangsung.
Catatan atau rekaman kegiatan serta kejadian yang terjadi selama proses penetasan berlangsung, dapat dipergunakan sebagai pedoman, acuan, atau sebagai bahan pelajaran dalam melangkah dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan, sehingga pada pelaksanaan penetasan yang akan datang akan menjadi lebih baik.
1.7. Memelihara mesin tetas
Setelah proses penetasan selesai, kegiatan berikutnya adalah memelihara mesin tetas. Adapun tujuan dari pemeliharaan mesin tetas ini adalah agar mesin tetas tersebut awet dan tahan lama. Kegiatan pembersihan dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan semua bagian-bagian mesin tetas. Kegiatan pemeliharaan mesin tetas dapat dilakukan dengan cara :
· Mengeluarkan semua bagian-bagian mesin tetas, seperti rak telur, bak air, elemen, lampu dan lain sebainya dikeluarkan dari dalam mesin tetas kemudian dibersihkan dan dicuci sampai bersih serta dijemur di tempat yang panas. Setelah kering baru dikembalikan atau disimpan ditempat asal.
· Bersih mesin tetas dari kotoran atau limbah penetasan yang berupa kulit telur ayam, telur busuk atau telur-telur yang tidak dapat menetas dan mungkin anak ayam mati karena proses penetasan tidak berhasil dengan baik alias gagal.
· Bersihkan seluruh bagian mesin tetas tersebut dengan menggunakan desinfektan yang sebelumnya dilarutkan terlebih dahulu dengan air bersih
· Setelah dibersihkan dengan larutan desinfektan, lalu keringkan mesin tetas tersebut dengan cara dijemur dipanas matahari atau dengan menggunakan kipas angin atau blower.
· Setelah mesin tetas tersebut kering simpan kembali mesin tetas tersebut di tempat yang aman. Aman yang dimaksut adalah aman dari pengaruh cuaca maupun gangguan orang.
1.8. Seleksi DOC dan mengepak DOC
Anak ayam yang dikeluarkan dari dalam mesin tetas, kemudian dilakukan seleksi. Kegiatan seleksi dilakukan dengan cara melihat penampilan kondisi fisik anak ayam tersebut, apakah dalam keadaan sehat dan normal. Normal yang dimaksut disini adalah tidak ada kelainan-kelainan atau cacat tubuhnya seperti pingkor kakinya dan cacat paruhnya atau paruh tidak normal. Disamping itu seleksi dapat dilakukan dengan melihat apakah ukuran berat badannya sesuai dengan standar, anak ayam kelihatan lincah, pantatnya dalam keadaan bersih dan lain sebagainya.
Apabila kondisi anak ayam dalam keadaan cacat tubuhnya, anak ayam kelihatan lemas, dan pantatnya dalam kedaan basah, maka anak ayam tersebut harus dipisah tersendiri. Pada saat melakukan pemisahan atau seleksi dapat dikelompokkan berdasarkan grandnya. Grand atau klas bisa berdasarkan berat ayam dan keadaan bersih dan tidaknya pantat ayam. Seandainya ada anak ayam yang dalam keadaan cacat tubuh bisa langsung diafkir.
Namun apabila kondisi anak ayam hanya karena kelihatan lemas dan kondisi pantatnya agak basah dapat dikelompokkan tersendiri, setelah itu anak ayam tersebut bisa dipelihara difarm sendiri dan tidak dijual. Apabila dipelihara di farm sendiri maka harus diberi perlakuan khusus. Kenapa anak ayam yang mempunyai grad rendah tidak dijual kepasar, karena apabila dijual dapat berpengaruh terhadap kredibilitas suatu perusahaan tersebut.
Kegiatan seleksi dilakukan berdasarkan kelompok atau gradnya. Setelah diseleksi anak ayam tersebut dimasukkan kedalam bok ayam yang terbuat dari bahan kerdus. Setiap bok ayam pada umumnya diisi sebanyak 100 ekor dan dilebihi 2 ekor, jadi setiap bok jumlah total 102 ekor. Dilebihinya 2 ekor per boknya dengan tujuan untuk mengantisifasi apabila ada anak ayam yang mati, baik selama perjalanan maupun reksiko kematian awal minggu pertama.
Apabila anak ayam yang baru dikeluarkan dari dalam mesin tetas kemudian dilakukan seleksi dan dimasukkan kedalam bok ayam serta dipacking selanjutnya untuk dikirim ketempat lain. Maka anak ayam tersebut sebaiknya tidak langsung diberi pakan dan air minum, karena anak ayam yang baru menetas dapat bertahan hidup sampai dua hari. Kenapa ayam masih dapat hidup sampai dua hari walaupun tidak diberi pakan dan air minum, karena anak ayam tersebut masih mempunyai cadangan makanan dalam tubuhnya yang berasal dari kuning telur.
Bagi perusahaan pembibitan unggas, khususnya jenis ayam petelur, setelah ayam menetas dari mesin tetas , kemudian anak ayam tersebut di seleksi, bersamaan itu dilakukan pula sexing. Kegiatan sexing untuk memisahkan antara anak ayam jantan dan betina. Untuk melihat anak ayam tersebut jantan atau betina ada beberapa tanda khusus yang dimiliki. Sedangkan cara untuk melihat antara anak ayam jantan dan betina dapat dilakukan dengan cara :
1.8.1. Melihat kloakanya
Anak ayam yang baru menetas umur satu hari atau 24 jam, pada ayam betina terdapat dua titik yang menyembul. Dan untuk anak ayam jantan hanya ada satu titik yang menyembul. Untuk dapat memahami dan trampil dalam hal sexing perlu adanya latihan terus menerus sampai trampil.
1.8.2. Berdasarkan keadaan warna bulu
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang genetika, maka pada jenis ayam tertentu sudah dapat dibedakan antara jantan dan betina, dengan keadaan warna bulunya. Misalnya pada DOC petelur betina, warna keseluruhan bulunya adalah coklat muda sampai coklat tua. Sedangkan untuk jantan warnanya adalah putih atau kombinasi putih dan coklat muda di daerah punggungnya.
Tidak semua anak ayam yang menetas baik untuk dipelihara, namun anak ayam yang akan dipelihara harus memenuhi persyaratan diantaranya :
· Anak ayam tersebut tidak cacat
· Anak ayam dalam keadaan sehat
· Warna bulunya seragam
· Beratnya seragam
· Berasal dari induk yang sehat
· Waktu menetasnya tepat selama 21 hari
· dll
.
Setelah anak ayam diseleksi sesuai dengan pesyaratan, maka langkah berikutnya adalah melakukan pengepakan. Pengepakan dilakukan untuk mempermudah pada saat mengangkutan. Disamping pada bok atau kerdus pengepak biasanya diberi catatan mengenai :
· Tanggal menetas
· Strain dari ayam tersebut
· Jumlah isi bok atau kemasan.
· Nama dan alamat perusahaan.
· Nama pemesan/ penerima dan alamatnya.
· Vaksinasi yang telah dilakukan.
· Cap perusahaan pengirim
2. PENETASAN DENGAN MESIN TETAS OTOMATIS (MODEREN)
Penetasan yang dillakukan di perusahaan pembibitan ayam (Breeder) menggunakan mesin tetas skala besar (diatas 10,000 telur) dan mesin otomatis. Mesin tetas otomatis prinsip kerjanya sama dengan mesin tetas manual. Perbedaannya pengaturan kelembaban, ventilasi, dan pembalikan telur dilakukan secara otomatis. Perbedaan lainnya adalah mesin tetas dibagi menjadi 2 yaitu setter dan hathcer.
2.1. Jenis Mesin Tetas
2.1.1. Setter
Setter merupakan tempat melakukan penetasan atau inkubasi selama 18 hari. Setelah di inkubasi selama 18 hari, lalu telur dipindahkan ke mesin hatcher.
2.1.2. Hatcher
Hatcher merupakan tempat anak ayam menetas, yang digunakan dari hari ke 19 sampai hari ke 21.
2.1.1. Setter
Setter merupakan tempat melakukan penetasan atau inkubasi selama 18 hari. Setelah di inkubasi selama 18 hari, lalu telur dipindahkan ke mesin hatcher.
2.1.2. Hatcher
Hatcher merupakan tempat anak ayam menetas, yang digunakan dari hari ke 19 sampai hari ke 21.
2.2. Proses Penetasan
2.2.1. Pre Warming
Mesin tetas berukuran besar biaya pengoperasiannya mahal, sehingga disarankan pada saat penetasan disesuaikan dengan kapasitas maksimum mesin tetas tersebut. Pengisisan telur yang dibawah standar akan menurunkan efisiensi biaya penetasan. Setelah jumlah telur yang akan ditetaskan terpenuhi, maka telur tetas dikeluarkan dari cooling room (tempat pendinginan telur) menuju setter. Perbedaan antara cooling room dengan setter sangat jauh, maka perlu adanya penyesuaian temperatur agar embrio yang ada di dalam telur tidak mengalami cekaman. di dalam cooling room sekitar 20* C, sedang didalam setter 37,5*C. Proses penyesuaian temperatur tersebut disebut pre warming. Lamanya proses pre warming didasarkan pada ketebalan kerabang telur.Pre warming pada telur ayam Hysex dilakukan selama 18 jam, sedangkan untuk telur ayam Hybro selama 12 jam
2.2.2. Setter
Telur yang sudah hangat dari pre warmingdimasukkan ke dalam ruang setter . Telur disusun berdasarkan kandang, kualitas telur, dan umur induk ayam. Temperatur ruang setter 37,5 oC dan kelembaban 55%. Pemutaran telur tetas di dalam setter dilakukan selama 18 hari dengan frekuensi pemutaran satu jam sekali. Sudut pemutaran telur 90 o dan kemiringan 45o. Bila telur tidak diputar, maka kuning telur akan melekat pada satu sisi kerabang telur dan berakibat pada kematian embrio.
Transfer Telur Tetas dan Candling
Transfer adalah proses pemindahan telur tetas dari setter ke hatcher saat umur embrio 18 hari. Sebelum masuk ke mesin hatcher, terlebih dahulu dilakukan candling (peneropongan). Candlingdilakukan untuk memisahkan telur yang fertil, infertil dan explode.Menurut Nuryati dkk (2003), telur explode disebabkan telur terkontaminasi bakteri, kotor, pencucian telur kurang baik dan mesin tetas kotor.
Transfer telur tetas dan candlingdilakukan dengan cepat, maksimal 30 menit karena embrio dapat mati akibat perubahan temperatur telur yang drastis. Telur yang sudah diteropong dipindahkan ke kereta buggy hatcher yang berbentuk keranjang.
2.2.3. Hatcher
Telur yang lolos pada saat candling kemudian dimasukkan ke dalam mesin hatcher selama tiga hari. Selama berada di hatchertidak dilakukan pemutaran telur karena pada periode ini akan terjadi pipping(anak ayam berusaha memecah kerabang dengan paruhnya).
Pengaturan temperatur dan kelembaban dilakukan berdasarkan keadaan telur. Temperatur dalam hatcher sekitar 37-38 oC. Kelembaban hatcher sebelum pipping sekitar 55% dan saat pippingkelembaban dinaikkan menjadi 70%-75%. Kelembaban yang tinggi dapat membantu proses pipping. Saat telur menetas (setelah pipping) kelembaban diturunkan kembali menjadi 52%-55% dan temperatur dalam keadaan lebih rendah dari 37 oC untuk membantu proses pengeringan bulu DOC.
Pull Chick (Penurunan DOC)
Pull chick adalah kegiatan menurunkan DOC dari mesin hatcher, termasuk sexing DOC (pemisahan DOC jantan dan betina), seleksi sambil memasukkan DOC ke dalam boks. Sexingdilakukan berdasarkan warna bulu atau dikenal dengan auto sexing. Untuk ayam tipe petelur hyline coklat DOC jantan memiliki warna bulu kuning dan garis punggung berjumlah ganjil, sedangkan DOC betina memilki warna bulu coklat dengan garis punggung kuning berjumlah genap. DOC jantan langsung dimasukkan ke boks sebanyak 102 ekor tanpa perlakuan apapun. DOC betina diseleksi lagi dengan kriteria bobot badan, warna bulu, kondisi fisik (mata, kaki, perut), dan kesehatan. DOC betina langsung dipotong paruhnya sepanjang 1/3 bagian dari panjang paruh, menggunakan alat debeaker. DOC yang telah diseleksi kemudian dimasukkan ke dalam boks dan dihitung jumlahnya. Setiap boks diisi 100 ekor betina ditambah 2 ekor untuk resiko transportasi.
Proses pull chick diawali dengan membongkar rak DOC, grading DOC, potong paruh, vaksinasi, hitung ulang dan pengeluaran DOC.
DOC yang dibongkar dari keranjang akan diseleksi berdasarkan bobot badan dan penampilan normal. Kriteria DOC normal yaitu bobot DOC minimal 33 g/ekor untuk layer dan 37 g/ekor untuk broiler, lincah, mata cerah dan aktif, memiliki pusar tertutup, kaki, paruh dan perut (kantung kuning telur) normal, bulu cerah, tidak kusam dan penuh, bebas dari penyakit pullorum, omphalitis dan jamur.
Pada DOC layer dilakukan pemisahan jantan dan betina (sexing). DOC jantan berwarna kuning merata, sedangkan untuk betina berwarna coklat lebih dominan atau warna kuning dengan garis coklat di bagian punggung atau di kepala.
Perhitungan dan pengemasan DOC dilakukan dengan teliti agar jumlah DOC pada boks tidak kurang. Setiap boks diisi dengan 102 ekor DOC. Boks dilengkapi dengan label yang mencantumkan strain ayam, tanggal menetas, nama perusahaan dan jumlah ayam. Warna boks untuk strain Hybro PG+yaitu hijau. Warna boks untuk strain Hysex Brown yaitu hitam untuk jantan dan biru untuk betina.
Setelah itu DOC betina divaksin Marek’s dan NDIB. Vaksin Marek’s dilakukan sub cutan (suntik di bawah kulit leher), sedangkan vaksin NDIB melalui mata. Dosis pemberian vaksin ini 0,2 cc per ekor. Setelah divaksin, DOC disemprot dengan vitamin kemudian dikemas dan diberi label yang berisi keterangan nama perusahaan pembibit, penyeleksi (grader), jumlah DOC dalam boks, bobot DOC saat menetas dan jenis vaksin yang diberikan serta tanggal DOC menetas.
Sanitasi pada Hatchery
Program sanitasi yang dilakukan pada hatchery Dony Farm adalah membersihkan kendaraan dan peralatan yang dipakai pada saat membawa telur tetas dengan desinfektan agar dalam kondisi bebas dari organisme patogen pembawa penyakit. Desinfektan yang digunakan adalah jenis TH-4 atau BIODES dengan dosis 1cc/liter air. Telur tetas setelah terkumpul, sebelum dibawa ke hatcheryterlebih dahulu difumigasi dengan menggunakan formalin 40% sebanyak 240 cc dengan 96 g forcen/PK untuk 8 m3 ruangan. Hal ini dimaksudkan agar telur yang baru diperoleh dari kandang bebas penyakit atau bakteri sebelum masuk ruang penyimpanan telur (cooling room).
Setelah kegiatan full chick, semua peralatan dan bagian ruangan disemprot dengan air bertekanan tinggi. Setelah itu dilakukan desinfeksi ruangan hatchery menggunakan desinfektan long livedengan dosis 5cc/liter air. Hal ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen yang ada di lingkungan dan sekitar bagian ruangan hatchery.
Perhitungan dan pengemasan DOC dilakukan dengan teliti agar jumlah DOC pada boks tidak kurang. Setiap boks diisi dengan 102 ekor DOC. Boks dilengkapi dengan label yang mencantumkan strain ayam, tanggal menetas, nama perusahaan dan jumlah ayam. Warna boks untuk strain Hybro PG+yaitu hijau. Warna boks untuk strain Hysex Brown yaitu hitam untuk jantan dan biru untuk betina.
Pengiriman DOC merupakan tahap akhir dari proses penetasan. Jumlah pengiriman disesuaikan dengan permintaan pasar. Pengiriman DOC dilakukan dengan menggunakan mobil boks yang dilengkapi dengan ventilasi sebagai sirkulasi udara selama perjalanan. Biasanya, konsumen yang memesan DOC dari perusahaan ini berasal dari daerah Jawa dan Sumatera.
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar,semoga bermanfaat