Skip to main content

MEMBUAT BIOGAS

 Biogas terbentuk dari hasil penguraian kotoran hewan oleh mikroorganisme yang terdiri atas karbondioksida (30-40%), hidrogen (1-5%), metana (50-70%), uap air (0,3%), nitrogen (1-2%), dan hidrogen sulfat (endapan). Metana sebagai komponen terbesar dapat dimanfaatkan untuk memasak dan pemanas. Banyaknya metana yang dihasilkan juga menentukan daya listrik yang dihasilkan. Satu meter kubik (m3) metana yang setara dengan 10 kWh atau 0,6 liter bensin, mampu menghidupkan lampu 60-100 watt selama 6 jam. Cukup 3 ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan energi skala rumah tangga.

Pada dasarnya, biogas dapat diolah dari berbagai macam feses. Hanya, tiap feses ternyata memiliki kelebihan dan kekurangan. Contoh, feses sapi yang mudah dibuat biogas karena sedikit mengandung unsur-unsur kimia. Selain itu, perbandingan C/N (Carbon/Nitrogen) feses sapi adalah yang paling baik sehingga bakteri pembentuk gas dapat tumbuh lebih baik.

Lain halnya dengan feses ayam yang dipelihara secara intensif. Feses ayam tersebut memiliki kandungan zat kimia yang tinggi sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam pembuatannya. Terlepas dari itu, feses ini juga mengandung lebih banyak nitrogen dan mekar lebih banyak sehingga dapat menghasilkan biogas dan pupuk lebih banyak.

Prinsip utama pembuatan biodigester (tabung pembuatan biogas) adalah kedap udara. Gambar di bawah ini memperlihatkan biodigester menggunakan dua tabung yang saling berhubungan. Melalui pipa (lubang inlet), kotoran dan air dimasukkan menuju tabung pertama. Perbandingan kotoran dengan air adalah 1:2. Jika kotoran terlalu padat maka biogas yang dihasilkan tidak optimal karena sulit dibebaskan ke biodigester

.

Ilustrasi pembuatan biogas dari kotoran ayam
(Gambar: Poultry Indonesia April 2009)

Letak tabung pertama harus lebih rendah daripada tabung kedua. Saat kotoran baru dimasukkan ke tabung 1, kotoran yang lama akan terdesak ke tabung kedua. Di tabung pertama inilah tempat keluarnya biogas. Beberapa peternak menggunakan plastik yang didesain sedemikian rupa membentuk balon berisi biogas sebagai penampung biogas. Plastik ini biasanya digantung di langit-langit kandang dan terlindung dari hujan dan panas. Dari penampung biogas inilah, biogas dialirkan ke rumah-rumah menggunakan selang plastik.

Tabung kedua berfungsi sebagai tempat kontrol kualitas biogas dan juga tempat pengambilan ampas kotoran. Jika yang terdapat di permukaan tanah adalah endapan kotoran, berarti proses berjalan baik. Namun jika yang tampak adalah air maka dipastikan telah terjadi kebocoran instalasi atau terjadi proses biogas yang tidak optimal (Poultry Indonesia April 2009, hal 55-56).

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah jangan memasukkan air yang mengandung desinfektan dan antibiotik ke dalam tempat pembuatan kompos dan biogas. Tindakan ini akan mematikan mikroorganisme tersebut.

sumber: info.medion.co.id

Comments

Popular posts from this blog

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Tanaman ini tumbuh menjalar dan bisa memanjang sampai 30- 50 cm. Tanaman ini beradaptasi pada tanah yang basah dan tidak tahan terhadap kekeringan. Batang dan daun yang muda berbulu, berwarna coklat keemasan. Bentuk daun bulat dan berkelompok 3 dalam satu tangkai. Bunganya kecil berwarna ungu. Jenis legum ini kurang disukai oleh ternak karena daun  dan batangnya berbulu. Biasa ditanam dengan biji dengan kebutuhan 6-9 Kg/ha. Dapat ditanam dengan rumput Rhodes dan  Brachiaria .

Zat Pengharum pada Pakan Ayam

Untuk menambah daya rangsang ayam terhadap pakan, bisa juga ditambahkan pengharum yang beraroma khusus, biasanya berasal dari ekstrak tumbuhan. Pengharum ini dapat diperoleh di importir obat ternak atau toko-toko kimia. Bahan yang bisa dibeli di toko kimia seperti pengharum yang beraroma vanila. Penggunaan pengharum dalam pakan tidak mutlak. Tidak semua pakan komersial pabrik menggunakan pengharum. Dengan menggunakan bahan baku berkualitas baik akan dihasilkan pakan dengan aroma yang khas. Proses pencetakan pelet melalui tahapan penguapan (steaming) akan memberikan aroma yang lebih merangsang ayam untuk meningkatkan konsumsi pakan.

Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak (IKT) | Nekropsi

BAB I PENDAHULUAN     Nekropsi merupakan pemeriksaan kondisi jaringan tubuh ternak yang dilakukan dengan cara membedah atau membuka rongga tubuh sehingga fisik organ dalam ternak dapat diamati. Dalam penggunaanya, nekropsi banyak digunakan dalam hal pemeriksaan unggas yang diduga telah terjangkit penyakit. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui penyakit yang diderita oleh unggas sehingga dapat ditentukan penanganan yang tepat untuk menanggulangi penyakit tersebut agar peternakan terhindar dari kerugian finansial yang lebih besar. Maka dari itu nekropsi sangat penting untuk dipelajari, mengingat pentingnya menjaga kesehatan unggas dalam keberlangsungan usaha peternakan.     Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan lebih terlatih dalam melakukan nekropsi pada unggas dan mampu menganalisa penyakit yang diderita oleh unggas. Manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan lebih memahami secara mendalam mengenai karakteristik penampilan luar dan organ dalam unggas yang terkena penya