BAB I
PENDAHULUANKarbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur C, H, dan O yang merupakan suatu polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunan senyawa-senyawa tersebut. Protein merupakan senyawa komplek yang tersusun atas C, H, O, N. Glukosa dapat dimanfaatkan oleh mikroba untuk pertumbuhan dengan mengeluarkan hasil samping berupa alkohol. Lemak merupakan ester antara gliseroldengan asam lemak, dimana ketiga radikal hidroksil dari gliserol diesterkan. Glikolisis merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya konversi Satu molekul glukosa menjadi dua molekul molekul piruvat. Glikolisis merupakan jalur metabolisme primitif karena bekerja pada sel yang paling sederhana sekalipun dan tidak memerlukan oksigen
Tujuan dari praktikum biokimia adalah mengetahui proses pencernaan karbohidrat yang dilakukan oleh enzim-enzim, untuk mengetahui proses pencernaan lemak serta hal-hal yang mempengaruhinya, mengetahui proses terhidrolisisnya protein yang terkandung dalam gumpalan putih telur dengan reaksi enzim oleh pepsin dan ekstrak pankreas, mengetahui proses glikolisis oleh sel ragi dan hasil dari reaksinya. Manfaat praktikum ini adalah mendapat pemahaman mengenai proses pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta enzim-enzim pencernaan di dalam tubuh serta mendapat informasi mengenai proses glikolisis yang terjadi pada sel ragi dan mengetahui penggunaan alat-alat dan bahan yang ada di laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karbohidrat
2.1.1 Definisi karbohidrat
Karbohidrat adalah kelompok senyawa yang mengandung unsur C,H, dan O yang merupakan suatu polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunan senyawa-senyawa tersebut (Yohanis, 2009). Nama lain karbohidrat adalah sakarida yang berasal dari bahasa latin saccharum yang berarti gula. Karbohidrat dalah tubuh manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat dalam sel tubuh disimpan didalam hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen (Estien dan Lizda, 2006).
2.1.2. Klasifikasi karbohidrat
Klasifikasi karbohidrat umumnya didasarkan atas kompleksitas struktur kimia. Berdasarkan kompleksitasnya, karbohidrat dibedakan atas karbohidrat sederhana yang lebih dikenal sebagai monosakarida, dan karbohidrat majemuk yang meliputi oligosakarida dan polisakarida. Karbohidrat sederhana (simple carbohydrate), manosa, atau monosakarida, adalah karbohidrat yang molekulnya lebih kecil dan susunannya lebih sederhana dibandingkan dengan molekul karbohidrat yang lain. Molekul karbohidrat ini tidak bisa diperkecil lagi dengan cara hidrolisis (Sumardjo, 2009). Karbohidrat digolongkan menurut strukturnya sebagai monosakarida, oligosakarida, atau polisakarida. Sakarida berasal dari kata latin (sakarum, gula) merujuk pada rasa manis dari beberapa karbohidrat sederhana. Ketiga golongan ini berkaitan antara satu dengan lainnya lewat hidrolisis (Hart, 2003).
2.1.2.1.Monosakarida, adalah karbohidrat yang paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat lain (Estien dan Lizda, 2006). Monosakarida (monosaccharide, dari kata Yunani monos, tunggal, dan saccar, gula) umumnya memiliki rumus molekul yang merupakan kelipatan unit CH2O (Cambell, 2008). Beberapa contoh monosakarida yaitu glukosa, galaktosa, dan fruktosa.
2.1.2.2.Disakarida, adalah karbohidrat yang dibangun oleh dua molekul monosakarida yang sama atau berbeda bila dihidrolisis (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006). Disakarida (disaccaride) terdiri dari dua monosarida yang digabungkan oleh tautan glikosidik (glykosidic linkage), ikatan kovalen yang terbentuk antara dua monosakarida melalui reaksi dehidrasi. Misalnya, maltosa adalah disakarida yang terbentuk dari pertautan dua molekul glukosa (Cambell, 2008). Disakarida yang banyak ditemukan adalah maltosa, laktosa, sukrosa, dan selobiosa.
2.1.2.3. Polisakarida, adalah makromolekul, polimer dengan beberapa ratus hingga beberapa ribu monosakarida yang digabungkan oleh tautan glikosidik. Beberapa polisakarida berperan sebagai materi simpanan, yang dihidrolisis apabila dibutuhkan untuk menyediakan gula bagi sel. Polisakarida lain berperan sebagai materi pembangun bagi struktur-struktur yang melindungi sel atau keseluruhan organisme (Cambell, 2008). Polisakarida dibedakan atas:
1. Homopolisakarida, yang pada hidrolisisnya menghasilkan satu macam karbohidrat.
2. Heteropolisakarida, yang pada hidrolisisnya menghasilkan bermacam-macam karbohidrat (Retno dan Ari, 2006).
2.1.3 Tempat pencernaan enzim
Enzim sangat erat hubunganya dengan pencernaan karbohidrat. Enzim mulai berperan dalam pencernaan karbohidrat ketika makanan berada di mulut. Di mulut, enzim alfa amilase mengubah kanji menjadi glukosa. Di usus, pencernaan karbohidrat dibantu oleh enzim-enzim disakaridase yang dikeluarkan oleh sel-sel mukosa usus halus berupa maltase, sukrase, dan laktase. Enzim maltase mengubah maltosa menjadi 2 mol glukosa, enzim sukrase mengubah sukosa menjadi 1 mol glukosa dan 1 mol fruktosa, sedangkan enzim laktase mengubah laktosa menjadi 1 mol glukosa dan 1 mol galaktosa (Retno dan Ari, 2006).
2.1.4 Proses pencernaan karbohidrat
Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut. Perubahan kanji (amilopektin dan amilosa) menjadi glukosa dengan bantuan enzim a-amilase. Alfa amilase secara acak menghidrolisis ikatan a-1,4 internal antara residu glukosil dalam amilopektin, amilosa dan glikogen, mengubah polisakarida yang berukuran besar menjadi kecil yang disebut dekstrin (Retno dan Ari, 2006). Sebagian besar pencernaan karbohidrat terjadi di usus halus. Pencernaan karbohidrat dilakukan oleh enzim-enzim disakaridase yang dikeluarkan oleh sel-sel mukosa usus halus berupa maltase, sukrase, dan laktase. Pati non karbohidrat atau serat makanan dan sebagian kecil pati yang tidak dicernakan masuk kedalam usus besar. Sisa-sisa pencernaan ini merupakan substrat potensial untuk difermentasi oleh mikroorganisme di dalam usus besar. Karbohidrat yaitu suatu polihidroksi aldehida, polihidroksi keton atau zat yang memberikan senyawa seperti itu jika dihidrolisis. Kimiawi karbohidrat pada dasarnya merupakan kimia gabungan dari dua gugus fungsi, yatiu gugus hidroksil dan gugus karboksil(Hart, 2003). Karbohidrat disintesis dalam tanaman selama fotosintesis. Melalui proses kompleks, sinar matahari mengubah CO2 dari udara dan H2O dari dalam tanah (dengan tekanan osmosis diangkut kehijau daunklorofil) menjadi glukosa (Riswiyanto, 2003).
2.2. Protein
2.2.1. Pengertian protein
Protein merupakan mikrobiomolekul dengan susunan kompleks yang merupakan polimer alam dari asam-asam alfa amino, berat molekul berkisar antara lima ribu sampai beberapa juta (Sumardjo, 2009). Protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentuk dan pertumbuhan tubuh (Poedjiadi dan Supriyanti, 2006).
2.2.2. Klasifikasi protein
Pada dasarnya protein dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk molekul, komponen penyusun dan tingkat degradasi (Sumardjo, 2009). Berdasarkan bentuk molekul protein dibedakan atas dua golongan yaitu protein globular dan protein fibrosa atau protein serat (Sumardjo, 2009). Globular adalah protein yang berbentuk bulat atau melingkar dan kebanyakan larut dalam air. Contohnya albumin dan globulin. Protein fibrosa adalah berbentuk rantai polipeptida berbentuk memanjang, padat dan tidak larut dalam air. Contonya kollagen pada tulang dan keratin pada rambut (Nursanyoto, 2009). Berdasarkan komponen penyusunnya protein dibedakan menjadi dua yaitu protein sederhana dan protein majemuk (Sumardjo, 2009). Protein sederhana yaitu protein yang pada hidrolisis mengahasilkan asam-asam amino.
2.2.3. Proses pencernaan protein
Pencernaan protein secara enzimatik di dalam saluran cerna dimulai dari lambung. Protein dalam lambung akan mengalami denaturasi oleh asam klorida sehingga dipengaruhi oleh pepsin. Enzim proteolitik dalam lambung bekerja dengan baik pada pH 2-3 (asam), tetapi menjadi tidak aktif pada pH diatas 5 atau basa (Sumardjo, 2009). Pepsin memecah protein dalam gugusan yang lebih sederhana, yaitu proteosa dan pepton (Anggorodi, 1994). Enzim pepsin akan rusak pada suhu tinggi (Kimball, 1993).
Pencernaan protein oleh pepsin bekerja dalam suasana asam, apabila berada dalam suasana basa dan pemanasan maka akan rusak. Pepsin tersebut dihasilkan dalam bentuk zimogen (tidak aktif) yaitu pepsinogen. Pepsinogen akan berubah menjadi pepsin karena adanya HCl. Pencernaan protein oleh ekstrak pankreas paling baik bekerja dalam suasana basa, apabila dipanaskan enzim tersebut mengalami kerusakan (Poedjiadi, 1998). Pada pencernaan protein terdapat enzim-enzim, antara lain: enzim proteolitik pankreas yang berasal dari cairan pankreas. Enzim tripsin yang merupakan campuran dari sejumlah enzim-enzim oligopeptidase serta pepsin yang berperan sebagai biokatalisator (Kimball, 1993).
2.3. Lemak
2.3.1. Pengertian lemak
Lipid adalah unsur makanan penting tidak hanya karena nilai energinya yang tinggi tetapi juga karena vitamin yang larut dalam lemak dan asam lemak esensial yang dikandung dalam lemak makanan alam (Almatsier, 2003). Penggolongan lemak adalah berdasarkan pada kelarutannya dalam pelarut lemak. Pelarut lemak adalah pelarut nonpolar seperti alkohol panas, khloroform, eter, aseton panas, benzena, dan xilena. Lemak dapat diklasifikasikan juga berdasarkan senyawa penyusun esternya. Penggolongannya dibagi menjadi tiga, yaitu lemak sederhana, lemak majemuk, dan derivat lemak (Hawab, 2003). Lemak sederhana merupakan ester antara asam lemak dengan alkohol, terdiri atas lemak dan lilin. Lemak adalah ester antara asam lemak dengan gliserol, sedangkan lilin adalah ester antara asam lemak dengan alkohol berbobot molekul besar. Lemak dan minyak adalah zat yang sama walaupun berbeda wujud. Pada suhu tinggi, lipid menjadi cair sehingga disebut minyak. Pada suhu rendah, lipid menjadi padat, yang disebut lemak (Sastrohamidjojo, 2005).
2.3.2 Klasifikasi lemak
Klasifikasi lipida didasarkan atas kerangka dasarnya dan dibedakan menjadi lipida kompleks dan lipida sederhana. Golongan pertama dapat dihidrolisis sedangkan pada golongan kedua tidak dapat dihidrolisis (Martoharsono, 2006). Disamping itu, berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yaitu lipid yang dapat disabunkan, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
2.3.3. Proses pencernaan lemak
Rute utama pencernaan triasilgliserol adalah hidrolisis menjadi asam lemak dan 2-monoasilgliserol di dalam rumen usus. Namun, rute pencernaannya sedikit banyak bergantung pada panjang rantai asam lemak tersebut. Lipase dari lidah dan lambung masing-masing dihasilkan oleh sel-sel yang terletak di bagian belakang lidah dan di lambung. Lipase-lipase ini terutama menghidrolisis asam lemak rantai pendek dan sedang (mengandung atom karbon 12 atau kurang) dari triasilgliserol makanan. Dengan demikian, enzim-enzim tersebut paling aktif pada bayi dan anak kecil yang banyak meminum susu sapi, yang mengandung triasilgliserol dengan kandungan asam lemak rantai pendek (Almatsier, 2003). Lemak makanan meninggalkan lambung dan masuk ke dalam usus halus, untuk menjalani emulsifikasi (tersuspensi dalam partikel-partikel halus dalam lingkungan air) oleh garam-garam empedu. Garam-garam empedu adalah senyawa amfifatik (mengandung komponen hidrofobik dan hidrofilik), yang di sintesis di hati dan disekresikan melalui kandung empedu ke dalam lumen usus (Almatsier, 2003).
Enzim utama yang mencerna triasilgliserol makanan adalah lipase yang di hasilkan oleh pankreas. Lipase pankreas disekresikan bersama dengan protein lain, kolipase. Pankreas juga mensekresikan bikarbonat, yang menetralkan asam yang masuk ke dalam usus bersama dengan makanan setengah tercerna dari lambung. Ekstrak pankreas (sebagai pengganti getah pankreas) hanya dapat mencerna protein dalam kondisi basa yaitu dilarutkan dengan larutan NaOH (Iswari 2006). Kolipase mengikat lemak makanan dan lipase tersebut, sehingga enzim ini menjadi lebih aktif. Lipase pankreas menghidrolisis asam lemak dari semua panjang rantai dari posisi 1 dan3 gugus gliserol pada transgliserol dam nenghasilkan asam lemak bebas dan 2-monoasilgliserol, yaitu gliserol dengan sebuah asam lemak yang teresterifikasi di posisi 2. Pankreas juga menghasilkan esterase yang yang memutus asam lemak dari berbagai senyawa (misalnya ester kolesterol) dan fosfolipase yang mencerna fosfolipid menjadi komponen-komponennya. Hidrolisis lipase menjadi sangat cepat jika dalam keadaan emulsi (Hart 2003).
2.4. Glikolisis
2.4.1. Pengertian glikolisis
Glikolisis merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya konversi Satu molekul glukosa menjadi dua molekul molekul piruvat. Glikolisis merupakan jalur metabolisme primitif karena bekerja pada sel yang paling sederhana sekalipun dan tidak memerlukan oksigen (Ngili, 2009). Beberapa senyawa dapat menginhibisi berbagai enzim dalam jalur glikolisis. Tanpa inhibisi pada enzim, tidak ada ATP yang akan diproduksi dalam reaksi yang dikatalisis oleh fosfogliserat kinase.
2.4.2. Proses glikolisis
Proses glikolisis dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asam laktat. Serangkaian reaksi-reaksi dalam proses glikolisis tersebut dinamakan juga jalur Embden-Meyerhof. Dalam proses glikolisis satu mol glukosa diubah menjadi dua mol asam laktat (Poedjiadi, 2005). Glikolisis dapat berlangsung dalam keadaan aerob, bila sediaan oksigen cukup untuk mempertahankan kadar NAD+ yang diperlukan, atau dalam keadaan anaerob (hipoksik), bila kadar NAD+ tidak dapat dipertahankan lewat sistem sitokrom mitokondrial dan bergantung pada usaha temporer perubahan piruvat menjadi laktat. Glikolisis anaerob, yang menaruh kepercayaan temporer pada piruvat merupakan usaha tubuh dalam menantikan pulihnya kecukupan oksigen. Dengan demikian glikolisis merupakan keadaan ini disebut hutang oksigen (Septiandina, 2010).
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Biokimia dengan materi pencernaan karbohidrat, pencernaan protein, pencernaan lemak dan glikolisis pada sel ragi dilaksanakan pada ................... di Laboratorium ........................
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum Biokimia adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, gelas beker, kertas saring, pipet filler, pipet tetes, inkubator, tabung leher angsa, corong, pipet ukur, spatula, botol plastik, cawan petri, panci, kompor listrik, cawan porselin, waterbath. Bahan-bahan yang digunakan antara lain larutan amilum 1 % yang telah dimasak, larutan lugol, larutan HCl 0,1 N, larutan NaOH, larutan NaCl, saliva, air dan ekstak pankreas, kertas label, putih telur rebus, aquades, minyak goreng pepsin, pepsin panas, ekstrak pankreas, ekstrak pankreas panas, cairan empedu, larutan HCl 0,45%, dan larutan NaOH 0,1N.
3.1. Metode
3.1.1. Pencernaan karbohidrat
3.1.1.1. Pencernaan karbohidrat oleh enzim ptialin, adalah dengan menyiapkan 3 tabung reaksi dan menempelkan label pada masing-masing tabung. Memasukkan 5 mL amilum pada tiap-tiap tabung. Menambahkan 1 mL air pad tabung 1, 1 mL NaCl pada tabung II, 1 mL Saliva pada tabung III. Meletakkan semua tabung reaksi pada waterbath selama 60 menit. Mengangkat semua tabung reaksi dari waterbath pada 15 menit pertama dan melakukan uji lugol. Mengamati perubahan warna dan mencatat pada lembar pengamatan. Mengulangi langkah-langkah diatas pada menit ke 30 menit, 45 menit dan 60 menit.
3.1.1.2. Pencernaan karbohidrat oleh ekstrak pankreas, adalah dengan menyiapkan 3 tabung reaksi dan menempelkan label pada masing-masing tabung. Memasukkan 5 mL amilum pada tiap-tiap tabung. Masukkan 2 mL ekstrak pankreas pada tiap-tiap tabung. Tambahkan 1 mL air pada tabung 4, 1 mL HCl 0,1 N pada tabung 5, 1 mL NaOH 0,1 N pada tabung 6. Meletakkan semua tabung reaksi pada waterbath selama 60 menit. Mengangkat semua tabung reaksi dari waterbath pada 15 menit pertama dan melakukan uji lugol. Mengamati perubahan warna dan mencatat pada lembar pengamatan. Mengulangi langkah-langkah diatas pada menit ke 30 menit, 45 menit dan 60 menit.
3.1.2. Pencernaan protein
Menyiapkan tiga buah tabung reaksi, memberi tanda D, E, dan F pada masing-masing tabung. Mengisi 2 ml pepsin dan 1 ml air, serta potongan putih telur rebus yang sangat kecil ke dalam tabung D, mengisi tabung E dengan 2 ml pepsin, menambahkan 1 ml HCl 0,45%, dan potongan putih telur rebus. Menambahkan 2 ml larutan pepsin panas, kemudian 1 ml larutan HCl 0,45% dan potongan putih telur rebus pada tabung F. Menggojog masing – masing tabung. Setelah semua tabung siap kemudian memasukkan ketiga tabung reaksi tersebut ke dalam inkubator yang bersuhu 37oC. Mengamati perubahan yang terjadi setelah 30 menit. Pencernaan putih telur terlihat dengan hancurnya potongan putih telur. Reaksi positif jika potongan putih telur terlarut (hancur). Dan reaksi negatif jika potongan putih telur tidak terlarut (tidak hancur).
3.1.3. Pencernaan lemak
Mengambil tiga buah tabung reaksi dan memberi huruf. Mengisi tabung A dengan 2 ml minyak goreng kemudian menambahkan 1 ml air. Mengisi tabung B dengan 2 ml minyak goreng kemudian menambahkan 1 ml ekstrak pankreas. Mengisi tabung C dengan 2 ml minyak goreng kemudian menambahkan 1 ml ekstrak pankreas dan 3 tetes empedu. Memasukkan ketiga tabung tersebut kedalam waterbath yang bersuhu 37 C selama 60 menit, kemudian menambahkan 5 tetes larutan fenolftalein (PP) 1% pada masing-masing tabung, kemudian menambahnya dengan menetesi larutan NaOH 0,1N pada masing-masing tabung hingga menghasilkan warna merah muda.
3.1.4. Pencernaan glikolisis
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum glikolisis. Mengambil glukosa dan ragi masing-masing sebanyak 10 ml dengan gelas ukur, kemudian tuang pada tabung leher angsa I. Mengambil air dan ragi masing-masing sebanyak 10 ml dengan gelas ukur, kemudian tuang pada tabung leher angsa II. Selanjutnya mengambil glukosa dan ragi yang telah dipanaskan masing-masing sebanyak 10 ml dengan gelas ukur, kemudian tuang pada tabung leher angsa III. Kemudian menutup mulut ketiga tabung leher angsa tersebut dengan plastik dan diikat dengan karet. Mendiamkan ketiga tabung leher angsa tersebut selama 30 menit dan mengamatinya. Reaksi positif apabila terdapat gelembung udara pada tabung leher angsa.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pencernaan Karbohidrat
4.1.1. Pencernaan karbohidrat oleh enzim ptialin
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada percobaan pencernaan karbohidrat diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Percobaan Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
Tb | Reagen yang dimasukkan | Inkubasi | Reaksi | |||
15’ | 30’ | 45’ | 60’ | |||
1 | 5 mL amilum + 1 mL Air | Biru kehitaman | Biru kehitaman | Biru kehitaman | Biru kehitaman | - |
2 | 5 mL amilum + 1 mL NaCl | Biru kehitaman | Biru kehitaman | Biru kehitaman | Biru kehitaman | - |
3 | 5 mL amilum + 1 mL Saliva | Kuning | Kuning | Kuning | Kuning | + |
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Pada tabung 1 hasil pencernaan karbohidrat negatif karena campurannya adalah air yang bersifat netral dan tidak ada enzim yang bekerja untuk mencerna 5 mL amilum. Hal ini sesuai dengan pendapat Evelyn (2002) bahwa enzim ptialin (amilase ludah) bekerja hanya pada gula dan tepung. Pada tabung 2 hasil pencernaan karbohidrat negatif karena campurannya bersifat netral (pH netral) dan juga tidak ada enzim yang bekerja untuk mencerna amilum. Pada tabung 3 hasil pencernaan karbohidrat positif karena Saliva mengandung enzim ptialin sehingga dapat mencerna amilum. Enzim ptialin dapat mengkatalisis hidrolisis atau pemecahan makro-molekul amilum. Enzim ptialin menghidrolisis mengkatalisis hidrolisis amilum menjadi maltosa. Perubahan amilum menjadi maltosa tidak berjalan spontan, tetapi bertahap yang disertai dengan hasil antara: amilodekstrin, akrodekstrin, eritrodekstrin dan dekstrin-dekstrin lainya (Damin, 2009).
4.1.2. Pencernaan karbohidrat oleh ekstrak pangkreas
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada percobaan pencernaan karbohidrat diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Percobaan Pencernaan Karbohidrat oleh Ekstrak Pankreas
Tb | Reagen yang dimasukkan | Inkubasi | Reaksi | |||
15’ | 30’ | 45’ | 60’ | |||
4 | 5 mL amilum + 2 mL EP + 1 mL Air | Kuning | Kuning | Kuning | Kuning | + |
5 | 5 mL amilum + 2 mL EP + 1 mL HCl 0,1 N | Biru kehitaman | Biru kehitaman | Biru kehitaman | Biru kehitaman | - |
6 | 5 mL amilum + 2 mL EP + 1 mL NaOH 0,1 N | Ungu | Ungu | Ungu | Ungu | + |
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Pada tabung 4 hasil pencernaan karbohidrat positif karena ekstrak pankreas menghasilkan enzim amilase pankreas sehingga dapat mencerna amilum. Hal ini sesuai dengan pendapat Almatsier (2003) bahwa Enzim amilase pankreas (amilopepsin) mengubah amilum menjadi amilodekstrin, eritrodekstrin acrodekstrin, dan mengubahnya menjadi maltosa. Pada tabung 5 hasil pencernaan karbohidrat negatif karena HCl suasananya asam sehingga tidak dapat membantu kinerja dari ekstrak pankreas dan tidak dapat mencerna amilum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Srikini (2006) yang menyatakan bahwa enzim juga sangat terpengaruh oleh pH, dan perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya, pH optimum yang diperlukan berbeda-beda, tergantung pada jenis enzimnya. Pada tabung 6 hasil pencernaan karbohidrat positif karena NaOH suasananya bersifat basa sehingga NaOH membantu kinerja dari ekstrak pankreas. Enzim ptialin mampu menghidrolisis atau mencerna pati menjadi dekstrin dan maltosa, enzim ini tidak aktif pada pH ≤ 4,0.
4.2. Pencernaan Protein
4.2.1 Pencernaan Protein oleh Pepsin
Berdasarkan hasil praktikum Pencernaan Protein oleh Pepsin dapat diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pencernaan Protein oleh Pepsin
Tabung | Hasil setelah 30 menit |
| Reaksi |
D | - (utuh jernih) |
E | + (terhidrolisis) |
F | - utuh jernih) |
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa tabung D dan F setelah 30 menit putih telur rebus tidak dapat larut. Hal ini disebabkan karena tidak bereaksinya antara campuran pepsin dan air pada tabung D dengan putih telur karena pH-nya masih netral (tidak ditambahkan HCl yang akan membuat pH asam). Pada tabung F, putih telur tidak dapat larut meski sudah ditambahkan HCl karena pepsin yang digunakan telah dipanaskan terlebih dahulu, yang menyebabkan pepsin rusak dan tidak dapat berfungsi dalam pelarutan putih telur tersebut. Pada tabung E reaksi + (putih telur larut), hal ini terjadi karena pepsin dan HCl bereaksi mencerna protein (putih telur), pepsin perfungsi sebagai enzim, sedangkan HCl berfungsi sebagai pemberi suasana asam sehingga pepsin tersebut aktif / berfungsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari et al (2006) yang menyatakan bahwa pencernaan atau hidrolisis protein di mulai di dalam lambung, asam klorida lambung mengubah konformasi pepsinogen hingga enzim ini dapat melakukan pemutusan atas dirinya sendiri dan menghasilkan protease pepsin yang aktif. Kuchel et al (2002) menambahkan bahwa dalam pencernaan protein, protein dihidrolisis oleh serangkaian enzim hidrolitik dalam perut dan usus halus.
4.2.2 Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas
Berdasarkan hasil praktikum pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas hasil diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas
Tabung | Hasil setelah 30 menit |
| Reaksi |
G | - (utuh jernih) |
H | + (terhidrolisis) |
I | - (utuh jernih) |
Sumber: Data Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa tabung G dan I setelah 30 menit putih telur rebus tidak dapat larut. Pada tabung G masih dalam keadaan netral, karena tidak ditambahkan NaOH yang berfungsi untuk memberi suasana basa pada larutan, sehingga putih telur tidak dapat larut. Pada tabung I ekstrak pankreas yang digunakan terlebih dahulu dipanaskan, sehingga ekstrak pankreas tersebut rusak dan tidak dapat bereaksi dengan NaOH untuk melarutkan putih telur. Hasil positif ditunjukkan oleh tabung H, hal ini terjadi karena ekstrak pankreas dapat bereaksi dengan NaOH sehingga putih telur dapat larut. Enzim-enzim proteolitik pankreas akan bekerja dengan baik pada suasana basa dan akan rusak bila dipanaskan serta berada pada suasana asam. Menurut pendapat Kuchel dan Ralston (2002) bahwa tripsinogen diekskresikan ke dalam usus dua belas jari dan disini di ubah menjadi menjadi tripsin, enzim hidrolitik lainnya yang bekerja pada protein adalah kimotripsin, elastase, dan karboksipeptidase. Iswari et al (2006) menambahkan bahwa pankreas mengeluarkan cairan yang bersifat sedikit basa dan mengandung berbagai protease dalam bentuk proenzim yang tidak aktif (zimogen) seperti tripsinogen, kimotripsinogen, prokarboksipeptidase dan proelastase.4.3. Pencernaan Lemak
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Percobaan Pencernaan Lemak oleh Ekstrak Pankreas
Tabung | Reagen yang dimasukkan | Inkubasi 30 menit |
A | 2 ml minyak goreng + 1 ml air | - |
B | 2 ml minyak goreng + 1 ml EP | - |
C | 2 ml minyak goreng + 1 ml EP + 3 tetes empedu | + |
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013
Praktikum pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas, pada tabung B mereaksikan 2 ml minyak goreng ditambah 1 ml ekstrak pankreas dan 5 tetes larutan fenolftalein (PP) 1% menghasilkan hasil negatif karena NaOH yang dibutuhkan untuk menghidrolisis minyak goreng itu hanya sedikit sebanyak 9 tetes NaOH hingga larutan berwarna merah muda. Pencernaan lemak terjadi apabila lemak dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol, semakin banyak asam lemak yang dibebaskan maka semakin banyak larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hart (2003) yang menyatakan bahwa hidrolisis lipase menjadi sangat cepat jika dalam keadaan emulsi. Hal ini dipekuat dengan pendapat Poedjiadi dan Supriyanti (2009) bahwa lipase dalam cairan pankreas berfungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol, monoasilgliserol dan diasilgliserol Tabung C yang berisi 2 ml minyak goreng + 1 ml ekstrak pankreas + 3 tetes cairan empedu menghasilkan hasil posistif karena karena NaOH yang dibutuhkan untuk menghidrolisis minyak goreng itu banyak yaitu sebanyak 24 tetes NaOH hingga larutan berwarna merah muda. tetesan ini paling banyak dibandingkan dengan tabung A dan B karena terdapat enzim yang membantu pencernaan lemak.
Pencernaan lemak terjadi apabila lemak dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol, semakin banyak asam lemak yang dibebaskan maka semakin banyak larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hart (2003) yang menyatakan bahwa hidrolisis lipase menjadi sangat cepat jika dalam keadaan emulsi. Lemak yang terhidrolisis lebih banyak. Cairan empedu menghasilkan asam lemak dan gliserol dalam jumlah yang banyak karena empedu tersebut mengikat globulus lemak makanan untuk menjadi larutan. Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari (2006) yang menyatakan bahwa ekstrak pankreas (sebagai pengganti getah pankreas) hanya dapat mencerna protein dalam kondisi basa yaitu dilarutkan dengan larutan NaOH.
4.4. Glikolisis oleh Sel Ragi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada percobaan glikolisis oleh sel ragi diperoleh data sebagai berikut :
Pencernaan lemak terjadi apabila lemak dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol, semakin banyak asam lemak yang dibebaskan maka semakin banyak larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hart (2003) yang menyatakan bahwa hidrolisis lipase menjadi sangat cepat jika dalam keadaan emulsi. Lemak yang terhidrolisis lebih banyak. Cairan empedu menghasilkan asam lemak dan gliserol dalam jumlah yang banyak karena empedu tersebut mengikat globulus lemak makanan untuk menjadi larutan. Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari (2006) yang menyatakan bahwa ekstrak pankreas (sebagai pengganti getah pankreas) hanya dapat mencerna protein dalam kondisi basa yaitu dilarutkan dengan larutan NaOH.
4.4. Glikolisis oleh Sel Ragi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada percobaan glikolisis oleh sel ragi diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil Pengamatan Percobaan Glikolisis oleh Sel Ragi
Tabung | Reagen yang dimasukkan | Inkubasi 30’ |
1 | 10 ml glukosa + 10 ml ragi | + |
2 | 10 ml air + 10 ml ragi | - |
3 | 10 ml + 10 ml ragi panas | - |
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa tabung pertama menunjukkan reaksi positif, ini ditandai dengan adanya gelembung udara yaitu CO2 pada tabung yang menunjukkan bahwa tabung pertama mengalami glikolisis, glikosis sendiri yaitu proses pemecahan glukosa dengan bantuan bakteri (ragi) yang menghasilkan etanol dan CO2. Hal ini sesuai dengan pendapat (Poedjiaji, 2005) yang menyatakan dalam proses glikolisis terjadi metabolisme glukosa menjadi CO2 dan H2O. Pada tabung kedua menunjukkan reaksi negatif karena air tidak mengandung energi, padahal dalam proses glikolisis harus ada glukosa agar bakteri yang terdapat pada ragi mendapatkan sumber energi. Hal ini diperkuat oleh pendapat (Ngili, 2009) yang menyatakan bahwa glikolisis merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya konversi satu molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat, pada tabung ketiga menunjukkan reaksi negatif karena mikroba yang terdapat pada ragi mati setelah dipanaskan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Praktikum Biokimia dengan materi Pencernaan Karbohidrat, pencernaan Protein, Pencernaan Lemak dan Glikolisis pada Ragi dapat disimpulkan bahwa pencernaan karbohidrat akan memberikan hasil positif jika setelah ditetesi larutan iod berwarna kuning atau merah muda, sedangkan untuk pencernaan protein oleh pepsin kan bereaksi positif jika putih telur terlarut, dan bereaksi negatif jika, putih telur tidak terlarut, dan untuk pencernaan protein oleh ekstrak pankreas akan bereaksi positif jika larutan berwarna bening, dan bereaksi negatif jika larutan pada tabung berwarna keruh. Sedangkan untuk pencernaan lemak akan bereaksi positif jika NaOH yang dibutuhkan untuk membentuk warna merah muda semakin banyak. Dan untuk glikolisis akan bereaksi positif jika ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung udara pada leher angsa.
5.2. Saran
Hendaknya praktikum dilakukan dengan lebih hati-hati karena dalam prosesnya terdapat benda-benda yang mudah pecah dan bahan kimia yang cukup berbahaya. Selain itu, ketelitian dalam pengukuran dan pemanfaatan waktu harus seefisien mungkin. Tahap-tahap dalam melakukan percobaan harus sesuai prosedur praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, cetakan ketiga. Gramedia, Jakarta.
Campbell dkk.. 2008. Biologi Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Hawab, H.M. 2003. Pengantar Biokimia. Bayumedia Pubishing, Malang.
Iswari, R. 2006. Biokimia. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Iswari, S. R. & Ari Yuniastuti. 2006. Biokimia. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Kimball, J. W. 1993. Biologi Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Kuchel, Philip dan Gregori B. Ralston, 2006. Biokimia, Erlangga, Jakarta.
Ngili, Yohanis, 2009. Biokimia, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta.
Poedjiadi, A. danSupriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Pujiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik: Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan Protein. Gadjah Mada Univesity Press, Yogyakarta.
Sumardjo Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Yazid, E. & Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Praktikum Biokimia dengan materi Pencernaan Karbohidrat, pencernaan Protein, Pencernaan Lemak dan Glikolisis pada Ragi dapat disimpulkan bahwa pencernaan karbohidrat akan memberikan hasil positif jika setelah ditetesi larutan iod berwarna kuning atau merah muda, sedangkan untuk pencernaan protein oleh pepsin kan bereaksi positif jika putih telur terlarut, dan bereaksi negatif jika, putih telur tidak terlarut, dan untuk pencernaan protein oleh ekstrak pankreas akan bereaksi positif jika larutan berwarna bening, dan bereaksi negatif jika larutan pada tabung berwarna keruh. Sedangkan untuk pencernaan lemak akan bereaksi positif jika NaOH yang dibutuhkan untuk membentuk warna merah muda semakin banyak. Dan untuk glikolisis akan bereaksi positif jika ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung udara pada leher angsa.
5.2. Saran
Hendaknya praktikum dilakukan dengan lebih hati-hati karena dalam prosesnya terdapat benda-benda yang mudah pecah dan bahan kimia yang cukup berbahaya. Selain itu, ketelitian dalam pengukuran dan pemanfaatan waktu harus seefisien mungkin. Tahap-tahap dalam melakukan percobaan harus sesuai prosedur praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, cetakan ketiga. Gramedia, Jakarta.
Campbell dkk.. 2008. Biologi Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Hawab, H.M. 2003. Pengantar Biokimia. Bayumedia Pubishing, Malang.
Iswari, R. 2006. Biokimia. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Iswari, S. R. & Ari Yuniastuti. 2006. Biokimia. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Kimball, J. W. 1993. Biologi Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Kuchel, Philip dan Gregori B. Ralston, 2006. Biokimia, Erlangga, Jakarta.
Ngili, Yohanis, 2009. Biokimia, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta.
Poedjiadi, A. danSupriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Pujiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik: Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan Protein. Gadjah Mada Univesity Press, Yogyakarta.
Sumardjo Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Yazid, E. & Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar,semoga bermanfaat