Di Indonesia, daun
lamtoro atau ipil-ipil kadang kala digunakan dalam ransum ayam. Ditinjau dari
kandungan proteinnya, daun lamtoro lebih baik dibandingkan dengan alfafa,
berkisar antara 22 - 34%. Daun lamtoro juga merupakan sumber beta caroten yang
baik, yang penting pada warna kuning telur. Tetapi karena adanya kandungan
mimosin, maka penggunaannya dalam ransum ayam menjadi terbatas. Untuk anak ayam
disarankan tidak lebih dari 5% sedangkan untuk ayam petelur dapat digunakan
sampai 15%.
Apabila di daerah
peternak banyak dijumpai pohon lamroro, akan sangat menguntungkan jika bisa
dibuat tepung daun lamtoro. Bahan ini dapat digunakan sebagai sumber protein
nabati yang cukup baik untuk campuran pakan ternak. Selain itu, kandungan
xanthophylnya cukup baik sekitar 660 ppm. Nilai ini jauh di atas kandungan
xanthophyl jagung, sekitar 20 ppm. Oleh karena itu, tepung daun lamtoro dapat
juga digunakan sebagai pewarna kuning di bagian kaki dan kulit ayam ras
pedaging. Proses pembuatan tepung daun lamtoro cukup sederhana.
Daun lamtoro
dikeringkan dengan bantuan sinar matahari, sekaligus untuk menghilangkan zat
mimosin atau zat yang dapat menyebabkan kerontokan bulu unggas, lalu ditumbuk
atau digiling menjadi tepung. Dalam industri pakan, umumnya bahan baku ini
tidak digunakan karena kesulitan pengadaannya dan tidak ada jaminan
kemurniannya (sering dipalsukan). Namun, jika di daerah peternak banyak
didapatkan pohon lamtoro, sangat baik jika dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pakan. Jika dibuat tepung, daun lamtoro akan menghasilkan rendemen 30%
dari bobot daun basah.
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar,semoga bermanfaat