Laporan Ilmu Tanaman Pakan
BAB I
PENDAHULUAN
Hijauan pakan merupakan makanan untuk ternak yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Hijauan pakan berasal dari bangsa rumput (Gramineae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain. Kelompok hijauan pakan biasanya disebut pakan kasar, hijauan sebagai makanan ternak biasanya diberikan dalam dua macam bentuk yakni hijauan segar dan hijauan kering. Penyediaan pakan yang baik merupakan faktor yang mendukung dalam terpenuhnya nutrisi ternak.
Tujuan dari Praktikum Pengenalan Jenis Hijauan Pakan adalah mampu mengenali dan memahami tentang karakteristik jenis-jenis penting rumput dan legum pakan serta mampu mengenali ciri khas masing-masing jenis hijauan pakan. Manfaat dari Praktikum Pengenalan Jenis Hijauan Pakan adalah untuk memahami tentang karakteristik jenis - jenis dan ciri khas masing-masing jenis hijauan pakan baik rumput maupun legum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumput (Gramineae)
2.1.1. Pennisetum purpureum (Rumput gajah)
Pennisetum purpureum adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah dengan minimal atau tanpa tambahan nutrien, sehingga dapat memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat erosi, juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik (Sanderson dan Paul, 2008). Rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, tinggi batang mencapai 2-4 meter, tumbuh membentuk rumpun, pelepah daun gundul hingga garis berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, ujungnya runcing (Yahya, 2002).
2.1.2. Pannicum maximum (Rumput benggala)
Rumput benggala berasal dari Afrika tropik dan subtropik. Ciri-cirinya bersifat perennial atau tanaman tahunan, batang tegak, kuat dan membentuk rumpun, akarnya membentuk serabut dalam dan mempunyai lidah daun yang berbulu (Pramono et al., 2010). Pannicum maximum tumbuh pada daerah daratan rendah sampai pegunungan, dapat bertoleransi dengan berbagai jenis tanah, tahan naungan, responsif terhadap pupuk nitrogen (Sumarsono, 2007).
2.1.3. Brachiaria brizantha (Rumput bebe)
Brachiaria brizantha berasal dari Afrika, rumput ini memiliki karakteristik tumbuh tegak, pangkal batang banyak bercabang, tinggi hamparan kurang lebih satu meter dan pangkal daun berbulu lebat (Rukmana, 2005). Proses penanaman rumput ini menggunakan pols, hidup ditanah struktur ringan, sedang sampai berat. Pada proses penanaman rumput bebe, juga harus memperhatikan faktor lingkungan antara lain adalah ketersediaan nutrien yang berdampak langsung pada pertumbuhan produksi dan persistensi tanaman (Sumarsono, 2007).
2.1.4. Setaria sphacelata (Rumput setaria)
Setaria sphacelata ini termasuk dalam golongan rumput potong atau gembala di daerah dataran tinggi, berasal dari Afrika tropis dan memiliki siklus hidup parennial, termasuk tanaman yang kering dan teduh tetapi lebih suka pada tanah yang lembab dan subur, pertumbuhan setelah pemotongan cepat, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang coklat kemerahan tersusun seperti kipas (Rukmana, 2005). Setaria sphacelata dapat dikembangkan dengan menggunakan pols (Umiyasih, 2006).
2.1.5. Pennisetum purpupoides (Rumput raja)
Pennisetum purpupoides merupakan hasil persilangan antara Penissetum purpureum dengan Pennisetum typhoides. Rumput raja merupakan jenis rumput yang dapat hidup dalam waktu panjang dan memiliki batang yang tebal, juga memiliki daun yang lebar, tajam dan berbulu (Yahya, 2002). Rumput raja berasal dari Afrika Selatan. Rumput raja termasuk tanaman perennial, beradaptasi dengan baik di daerah tropis dengan struktur tanah yang tidak terlalu lembab dengan drainase yang baik (Mufarihin, 2012)
2.2. Legum (Leguminoceae)
2.2.1. Centrosema pubescens (Sentro)
Centosema pubescens mempunyai ciri morfologi antar lain tumbuh secara menjalar hampir menutupi permukaan tanah. Sehingga tanaman sentro dapat digunakan sebagai penutup tanah pada budidaya tanaman hutan atau agroforestri (Lukiwati, 2007). Sentro merupakan tumbuhan parennial, tipe daun trifoliate dan lebih runcing dibandingkan dengan puero dan kalopo, tumbuh membelit dan menjalar atau memanjang (Pudjiarti, 2004).
2.2.2. Calopogonium muconoides (Kalopo)
Calopogonium muconoides berasal dari Amerika Selatan Tropik bersifat perennial, pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, tidak tahan terhadap penggembalaan, tidak tahan naungan yang lebat tetapi dapat tumbuh dengan baik didaerah yang lembab (Sukamto, 2006). Kalopo biasa dikembangbiakan dengan biji dan mampu tumbuh baik pada tanah sedang sampai berat pada ketinggian 200 - 1000 m diatas permukaan laut dan membutuhkan curah hujan tahunan sebesar 1270 mm (Rahman, 2006).
2.2.3. Desmodium cinereum (Desmodium)
Desmodium cinereum merupakan salah satu tanaman semak tegak berumur pendek yang digunakan pada teras tanaman pagar untuk tanaman tumpang sari (Russel, 2008). Daun Desmodium cinereum biasanya berukuran panjang 5 - 7 cm, ditutupi oleh bulu yang halus, bunga berwarna ungu berada pada panikel terbuka. Buah polong dengan 6 - 8 biji (Pramono et al., 2010 ).
2.2.4. Gliricida sepium (Gamal)
Gamal adalah tanaman leguminosa yang bersifat tahunan, merupakan tanaman berkayu. Selain sebagai tanaman pakan, gamal dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pagar atau tanaman pencegah erosi (Yahya, 2002). Ciri-ciri pada gamal diantaranya adalah pohonnya meranggas yang tingginya mencapai 12 m, batang pendek, daunnya berseling, menyirip, warnanya kuning hijau dan berambut halus (Pramono et al., 2010).
2.2.5. Leucaena leucocephala (Lamtoro)
Leucaena leucocephala merupakan hijauan pakan yang sering diberikan kepada ternak tetapi mengandung zat anti nutrisi yaitu mimosin, untuk mengurangi kandungan mimosin lamtoro harus dijemur sehari lebih dulu sebelum diberikan pada ternak (Harjadi, 2002). Lamtoro mempunyai ciri-ciri fisik seperti tumbuh tegak, berupa pohon, tidak berduri, sistem perakarannya dalam, daunnya berkarang dan bunga berbentuk bola putih kekuningan (Bahar, 2008).
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan acara Pengenalan Jenis Hijauan Pakan dilakukan pada...... di Laboratorium ......
3.1. Materi
Bahan yang digunakan yaitu Pennisetum purpureum (rumput gajah), Panicum maximum (rumput benggala), Brachiaria brizantha (rumput bebe), Setaria sphacelata (rumput setaria), Pennisetum purpupoides (rumput raja), Centrosema pubescens (sentro), Calopogonium mucunoides (kalopo), Leucaena leucocephala (lamtoro), Desmodium cinereum (Desmodium) dan Gliricidia sepium (gamal). Alat yang digunakan adalah kertas karton, kertas A4 dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.
3.2. Metode
Metode yang digunakan adalah mengamati dan menggambar ciri-ciri jenis rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum hibrida), rumput setaria (Euclaena setaria), rumput bebe (Brachiaria brizanta) dan rumput benggala (Panicum maximum) dan jenis leguminosa seperti lamtoro (Leucaena leucocephala), desmodium (Desmodium cinereum), kalopo (Calopogonium muconoides), puero (Pueraria phaseoloides) dan gamal (Glirisida sepium).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gramineae (Rumput)
4.1.1. Pennisetum purpureum (Rumput gajah)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Pennisetum purpureum adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa Pennisetum purpureum merupakan rumput potongan dan mempunyai ciri-ciri mirip dengan tebu, tumbuh tegak, memilki ruas yang kecil jika dibandingkan dengan rumput raja dan daun bagian permukaan atas berbulu tajam serta bunga berwarna kuning kecoklatan yang tumbuh pada batang utama. Hal ini sesuai dengan pendapat Yahya (2002) yang berpendapat bahwa rumput gajah merupakan jenis rumput yang memiliki umur panjang, memiliki batang yang tebal selain itu rumput gajah juga memiliki daun yang lebar, tajam dan berbulu. Pennisetum purpureum disebut juga rumput gajah, rumput ini berasal dari Afrika yang bersifat perennial, memiliki batang dengan internodus pendek dan bunga yang berwarna kuning kecoklatan. Rumput gajah dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah, tumbuh dari daratan rendah sampai pegunungan, tahan terhadap lindungan sedang. Hal ini ditambahkan dengan pernyataan Sanderson dan Paul (2008) yang berpendapat bahwa rumput gajah juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik.
4.1.2. Panicum maximum (Rumput benggala)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Panicum maximum adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil praktikum pengenalan jenis tanaman pakan diketahui bahwa Panicum maximum merupakan rumput potong yang mempunyai ciri - ciri akarnya membentuk serabut dalam, dapat bertoleransi dengan berbagai jenis tanah, tahan naungan, buku dan lidah daun berbulu, dan daun lebih halus dari rumput gajah serta warna bunga hijau atau keunguan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mannetje dan Jones (2000) yang menyatakan bahwa rumput benggala ciri-cirinya bersifat perennial, batang tegak, kuat, dan membentuk rumpun. Pendapat ini ditambahkan oleh Sumarsono (2007) menyatakan bahwa ciri-ciri rumput benggala adalah batang tegak, kuat, membentuk rumpun, akar serabut dalam, buku dan lidah daun berbulu, warna bunga hijau keunguan.
4.1.3. Brachiaria brizantha (Rumput bebe)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Brachiaria brizantha adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil praktikum pengenalan jenis tanaman pakan bahwa Brachiaria brizantha memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun, pangkal batang berwarna merah keunguan, daun lebar dan berbulu pada permukaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarsono (2007) yang menyatakan bahwa karakteristik rumput Brachiaria brizantha adalah tumbuh membentuk hamparan, batang beruas pendek, berdaun lebar, dan berbulu halus. Hal ini diperkuat dengan pendapat Rukmana (2005) bahwa ciri rumput ini adalah tumbuh tegak, pangkal batang banyak bercabang sehingga terbentuk hamparan yang lebat, tinggi hamparan kurang lebih 1m dan pangkal daun berbulu lebat.
4.1.4. Setaria sphacelata (Rumput setaria)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Setaria sphacelata adalah sebagai berikut:
Berdasarkan praktikum pengenalan jenis tanaman pakan bahwa Setaria sphacelata termasuk jenis rumput potong yang memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun, berakar serabut, pangkal batang coklat kemerahan dan daun berhelai agak lebar serta berbulu pada permukaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana (2005) bahwa tanaman rumput setaria berumur panjang, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 2 m, pangkal batang yang berwarna emas kecoklatan dan membentuk rumpun. Bila dalam kondisi baik rumput ini dapat mencapai ratusan batang. Rumput ini termasuk rumput potong atau gembala, dapat tumbuh pada tempat kering dan genangan air serta cepat tumbuh. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Sumarsono (2007) bahwa rumput setaria memiliki daun dan berbatang lunak, tahan terhadap panas, cepat tumbuh dan umurnya pendek 60 hari sudah dapat panen.
4.1.5. Pennisetum purpupoides (Rumput Raja)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Pennisetum purpupoides adalah sebagai berikut:
Berdasarkan praktikum pengenalan jenis tanaman pakan bahwa Pennisetum purpupoides termasuk rumput potong yang memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun, batang tebal dan keras, daun lebar, warna daun hijau tua dengan bagian dalam permukaan daun kasar serta tulang daun lebih putih dari rumput gajah. Hal ini sesuai dengan pendapat Yahya (2002) bahwa rumput raja merupakna tanaman yang hidup dalam jangka waktu panjang dan memiliki batang yang tebal, juga berdaun lebar, tajam, dan berbulu. Proses penanaman pada rumput raja menggunakan stek dan sobekan rumpun. Hal ini ditambahkan dengan pendapat Sukamto (2006) yang menyatakan bahwa penanaman rumput raja ada dua macam yaitu stek dan sobekan rumpun (pols) yang dapat tumbuh pada tempat sampai ketinggian 1500m dari permukaan laut.
4.2. Leguminoceae (Legum)
4.2.1. Centrosema pubescens (Sentro)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Centrosoma pubescen adalah sebagai berikut:
Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan bahwa Centrosema pubescens (Sentro) memiliki ciri tumbuh menjalar, memanjat dan membelit, batang agak berbulu tidak berkayu, berdaun tiga pada setiap tangkai daun, bentuk helai daun oval agak elips, berbunga kupu-kupu besar warna ungu muda kemerahan. Hal ini sesuai pendapat Pudjiarti (2004) bahwa sentro merupakan tumbuhan parennial, tipe daun trifoliate dan lebih runcing dibandingkan dengan puero dan kalopo, tumbuh membelit dan menjalar atau memanjang. Pendapat ini diperkuat oleh Rukmana (2005) menyatakan bahwa sentro memiliki ciri bunga yang berbentuk tandan berwarna ungu muda bertipe kacang ercis dan kapri.
4.2.2. Calopogonium mucunoides (Kalopo)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Calopogonium mucunoides adalah sebagai berikut:
Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan bahwa Calopogonium mucunoides (Kalopo) memiliki ciri-ciri tumbuh merambat, membelit, memanjat, batang lunak ditutupi bulu-bulu panjang warna coklat, berdaun tiga setiap tangkai daun, dan bunga kecil berwarna ungu. Calopogonium muconoides berasal dari Amerika Selatan Tropik bersifat perennial, pertumbuhan kalopo menjalar, merambat, tidak tahan terhadap pengembalaan, tidak tahan naungan yang lebat tetapi dapat tumbuh dengan baik didaerah yang lembab sesuai dengan pendapat Sukamto (2006). Diperkuat oleh Rahman (2006) bahwa kalopo biasa dikembangbiakan dengan biji dan mampu tumbuh baik pada tanah sedang sampai berat pada ketinggian 200-1000 m diatas permukaan laut dan membutuhkan curah hujan tahunan sebesar 1270 mm.
4.2.3. Desmodium cinereum (Desmodium)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Desmodium cinereum adalah sebagai berikut:
Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan bahwa Desmodium cinereum memiliki ciri-ciri daun trifoliate, batang hampir berbentuk kotak, akar tunggang serta disetiap daun memilki tunas. Hal ini sesuai dengan pendapat Pramono et al., (2010) yang menyatakan bahwa daun pada Desmodium cinereum biasanya agak tebal, panjang 5 - 7 cm, ditutupi oleh bulu yang halus, bunga berwarna ungu berada pada panikel terbuka, buah polong dengan 6 - 8 biji. Hal ini ditambahkan dengan pendapat Russel (2008) bahwa Desmodium cinereum merupakan salah satu tanaman semak tegak berumur pendek yang digunakan pada teras tanaman pagar untuk tanaman tumpang sari.
4.2.4. Gliricidia sepium (Gamal)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Gliricidia sepium adalah sebagai berikut:
Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan bahwa Gliricidia sepium memiliki ciri-ciri permukaan daun halus, daun tipe majemuk tunggal, akar tunggang dan batang berkayu. Hal ini sesuai pendapat Yahya (2002) yang menyatakan bahwa gamal merupakan tanaman berkayu. Diperkuat oleh pendapat Pramono et al. (2010) yang menyatakan bahwa ciri-ciri pada tanaman gamal diantaranya adalah pohonnya merenggas yang tingginya mencapai 12 m, batang pendek, daunnya berseling, menyirip, warnanya kuning hijau dan berambut halus.
4.2.5. Leucaena leucocephala (Lamtoro)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Leucaena leucocephala adalah sebagai berikut:
Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan pakan bahwa Leucaena leucocephala memiliki ciri-ciri tumbuh tegak, perakaran dalam, anak daun elips agak oval dan kecil serta warna daun hijau tua agak kelabu serta bunga berbentuk bola warna putih. Hal ini sesuai pendapat Kavana et al., (2005) bahwa lamtoro mempunyai ciri fisik seperti daunnya bulat dan kecil yang tumbuh pada tiap-tiap ruas daun, mempunyai tulang daun menyirip. Leguminosa pohon seperti kaliandra, gamal dan lamtoro merupakan sumber pakan ternak yang mampu menyediakan protein by-pass, karena mengandung tannin yang dapat memproteksi protein dari pencernaan mikroba rumen. Pendapat ini diperkuat oleh Bahar (2008) yang menyatakan bahwa lamtoro mempunyai ciri fisik seperti tumbuh tegak, berupa pohon, tidak berduri, sistem perakarannya dalam, daunnya berkarang dan bunga berbentuk bola putih kekuningan atau merah muda.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa rumput dan leguminosa memiliki ciri yang berbeda. Rumput umumnya memiliki ciri-ciri umum seperti daun menyirip, tumbuh berumpun, batang dan permukaan daun berbulu, serta memiliki akar serabut. Sedangkan pada leguminosa memiliki ciri-ciri umum seperti batang nodus dan internodus menyatu, daunnya trifoliate atau lebih, bunga tumbuh pada setiap cabang, biji polong dan ada yang tumbuh membelit, menjalar dan tegak, serta memiliki akar tunggang.
5.2. Saran
Dalam praktikum pengenalan jenis tanaman pakan, sebaiknya praktikan lebih teliti dan cermat dalam menganalisis ciri-ciri khusus dari masing-masing tanaman pakan. Untuk praktikum selanjutnya, sebaiknya tamanan pakan yang yang akan diamati memiliki bagian-bagian yang lebih lengkap (daun, akar, batang, bunga, dan biji).
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, S. 2008. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Produktivitas Hijauan Pakan untuk Produksi Sapi Bali di Sulawesi Selatan. 233-237.
Christians, N. 2001. Fundamentals of Turfgrass Management. Ann Arbor Press. Chelsea, Michigan, 301 p.
Lukiwati, D.R. 2007. Peningkatan Prduksi dan Kecernaan Bahan Kering Centrosema pubescens dan Pueraria phaseoloides oleh Pemupukan Batuan Posfat dan Inokulasi MVA. Vol 9. No.1, 2007, Hal 1-5.
Mufarihin, A; Lukiwati, D.R dan Sutarno. 2012. Animal Agriculture Journal. Pertumbuhan dan Bobot Bahan Kering Rumput Gajah dan Rumput Raja pada Perlakuan Aras Auksin yang Berbeda. Vol 1.No. 2, 2012, p1-15.
Guntoro, S. 2009. Membuat Pakan Ternak dari Limbah Perkebunan. Agro.
Harjadi, S. 2002. Pengantar Agronomi Edisi 2. PT Gramedia, Jakarta.
Mannetje dan R.M.Jones. 2000. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. PT Balai Pustaka, Jakarta.
Pramono, A.A, Fauzi, M.A., Widyani, N. Heriansyah, I. Dan Roshetko, J.M. 2010. Panduan Lapangan Untuk Pertanian. CIFOR, Bogor.
Pudjiarti. 2004. Produksi Bahan Kering Serapan N dan P Hijauan pada Pertamanan Ganda Setaria dan Puero atau Centro dengan Pemupukan Fosfat dari Sumber yang Berbeda. 1-65.
Rahman, S.Y. 2006. Respons Pertumbuhan dan Adaptasi Terhadap Cekaman Kekeringan 3 Jenis Tanaman Legum Pakan yang Diinokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Rhizobium di Ultisol. 1-134.
Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius, Yogyakarta.
Russel. 2008. Pertanian Umum. Erlangga, Jakarta.
Sanderson, M. A. and R. A., Paul. 2008. Perennial forages as second Generation bioenergy crops. International Journal of Molecular Sciences, 9, 768-788.
Sukamto, B. 2006. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
Sumarsono. 2007. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Facultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
Turgeon, A.J. 2002. Turfgrass Management. 6th ed. Prentice-Hall, New Jersey. 400 p.
Umiyasih, U dan Yenny N.Y. 2006. Respons Perbaikan Pakan Terhadap Produktivitas Sapi Potong Induk Periode Post Partum Di Kabupaten Probolinggo. Hal 1-7.
Yahya. 2002. Ilmu Pertanian. Erlangga, Jakarta.
Comments
Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar,semoga bermanfaat